Rabu, 22 Mei 2019

Saya Tidak Bangga Menjadi Otaku



Sebutan Wibu atau Otaku kerap kali kita dengar dari mulut-mulut remaja masa kini, terkhusus remaja cowok. Mereka yang menyukai anime, manga,cosplay, game, Jpop atau apapun yang berbau jepang disebut dengan otaku atau wibu. Kedua sebutan tersebut hampir sama maknanya, yaitu sama-sama menyukai hal-hal yang berbau kebudayaan jepang. Meski demikian, kedua sebutan tersebut memiliki perbedaan dalam aplikasi kehidupan.

Seorang wibu cendrung berlebihan dalam mengekspresikan kesukaannya terhadap budaya jepang seperti penggunaan sehari-hari yang kadang bercampur dengan bahasa jepang. Lebih senang dengan makanan-makanan jepang ketimbang makanan negeri sendiri. Senang menggunakan  cosplay anime atau manga yang disenanginya, dan banyak hal lainnya lagi. Sedangkan otaku, kesukaan mereka terhadap budaya jepang tidak seakut seorang wibu, meski demikian kedua istilah tersebut memiliki makna negatif di negaranya sendiri, yaitu jepang.

Apakah saya juga termasuk otaku atau wibu? Entahlah, saya tidak tau. Yang saya tau, saya senang nonton anime sejak berumur 6 tahun sampai sekarang. Saya juga senang membaca manga baik secara online maupun dalam bentuk cetak. Apakah itu termasul wibu atau otaku? Saya juga tidak tau. Biarkan orang lain yang menilai saya dan biarkan saya menikmati hobi saya tanpa terganggu dengan pandangan orang lain terhadap saya.

Inilah hobi, baik buruknya memang saya rasakan. Namun hal tersebut belum bisa menghilangkan rasa suka saya terhadap hobi yang saya geluti. Lantas apakah saya bangga menjadi otaku? Tentu tidak, tapi inilah saya apa adanya yang penuh dengan kekurangan. Menjadi otaku bukan sebuah kebanggaan bukan juga sebuah keburukan. Semua tergantung bagaimana cara seseorang dalam menikmati hobinya. Berlebihan atau tidak, tergantung kita sendiri yang menentukan.



#Day(19)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

2 komentar:

  1. saya juga suka anime dan kebudayaan jepang. Bahkan pernah belajar bahasa jepangnya. tp kalau sampai mencampurnya dengan bahasa Indonesia rasanya banyak yg kurang pas ya

    BalasHapus
  2. Iya, mbak. Itu yang klo udah akut banget fanatiknya hehe..

    BalasHapus