Jumat, 04 Oktober 2019

Tidak Perlu Tobat! Kiamat Masih Lama.



Masih terekam jelas di ingatan kala burung-burung mengepakkan sayapnya meninggalkan daratan hijau yang mulai terbelah. Gedung-gedung pencakar langit pun seolah ikut ambuk tersedot ke dalam kubangan tanah. Sungguh pemandangan mengerikan yang menjadi maha karya Tuhan kala merenggut dunia dan seisinya. Perkara ini tak sanggup dibayangkan apalagi dirasakan oleh makhluk kecil seperti Pak Sumanto yang sedang duduk di pekarangan rumahnya.

"Lagi ngapain, Pak? Tumben bengong sendirian," sapa Bu Lastri, istri Pak Sumanto.

"Cuma lagi ngebayangin sesuatu, Buk," balasnya masih menatap langit bertabur bintang.

"Awas aja kalau berani ngebayangin Juminten, pembantu Pak Sopar itu." kata Bu Lastri galak.

"Ibu ini ngawur. Bapak cuma lagi ngebayangin film Kiamat 2012 kemarin yang sempat viral itu loh, Buk. Bukan si Juminten janda bahenol itu."

"Siapa tau gitu, Pak. Namanya juga lelaki." Bu Lastri mendekati suaminya lalu duduk lesehan di sampingnya. "Emang kenapa sama film itu, Pak?"

"Cuma ngebayangin gimana kalau kiamat sungguhan. Pasti bakal lebih mengerikan lagi. Gunung meletus, tanah terbelah dua, lautan berguncang dan membuncahkan seluruh isinya. Pada hari itu manusia lari ke sana ke mari mencari tempat yang aman. Tapi sayang,  di sudut manapun dan tepi apapun jua tidak ada tempat yang aman yang luput dari pandangan Tuhan. Bukannya mengerikan kalau misal Ibu lagi kondangan terus tiba-tiba terjadi kiamat. Susah loh Buk lari-lari pake kebaya."

"Duh si Bapak jangan nakut-nakutin gitu, dong. Ibu kan jadi takut, lagian kiamat juga masih lama."

"Nah, ini dia," kata Pak Sumanto bersemangat membuat Bu Lastri yang duduk di sampingnya terpekik kaget.

"Jangan ngagetin dong, Pak."

"Masa gitu aja kaget."

"Namanya juga kaget. Lagian kenapa Bapak semangat gitu."

"Gini Buk, seminggu yang lalu, Bapak juga denger Pak Hairuddin ngomong kayak Ibu barusan. Kata beliau ngapain tobat sekarang, toh kiamat masih lama," kenang Pak Sumanto mengingat pertemuannya dengan Pak Hairuddin yang saat itu juga ikut acara pelantikan Kepala Desa.

Pak Hairuddin yang memang tergolong anggota Dewan, sengaja berhadir untuk menyaksikan acara pelantikan Kepala Desa tempat tinggalnya. Lelaki berjas hitam itu dengan angkuh mengatakan bahwa dirinya enggan bertobat saat salah satu rekannya bertanya tentang uang suap yang ia terima.


  • Ngapain tobat sekarang, toh kiamat masih lama


Kira-kira begitulah kata-kata yang sempat tertangkap oleh gendang telinga Pak Sumanto.

"Tapi Ibu tau apa yang terjadi sama Pak Hairuddin sekarang?"

Bu Lastri menggeleng kuat. Dari pancaran matanya bisa dipastikan Bu Lastri sedang cemas dan was-was.

"Memang beliau kenapa, Pak?

"Selang dua hari Bapak ketemu beliau, beliau dikabarkan meninggal dunia. Beliau ditemukan tewas di sebuah hotel bintang lima bersama seorang wanita. Dari desas-desus yang Bapak dengar, Pak Hairuddin tewas seusai pesta sabu dengan cewek yang katanya pelakor. Entah itu benar atau tidak masih diselidiki oleh polisi," jelas Pak Sumanto.

"Naudzubillah min dzalik, Bapak jangan ngedoain Ibu dong."

"Lah, yang ngedoain ibu siapa? Wong Bapak cuma cerita kalau Pak Hairuddin meninggal dunia."

"Tapi kan omongan Ibu tadi mirip omongan beliau sebelum meninggal. Ibu takut, Pak," rengek Bu Lastri bergelayut manja di lengan suaminya.

"Hahaha ... Ibu ini ada-ada aja. Urusan mati itu udah diatur Tuhan, Buk. Nggak perlu takut, semuanya pasti bakal ngerasain."

"Iya, Pak. Wajar aja kan kalau takut."

"Yah, namanya juga manusia, wajarlah kalau takut. Setidaknya sebelum mati kita bertaubat dulu, jangan nunggu kiamat baru tobat. Nah, kalau kematian yang duluan menjemput gimana?"

"Ya nggak sempat, Pak."

"Nah, itu Ibu tau. Yuk kita masuk. Bapak dari tadi digigitan nyamuk terus," ajak Pak Sumanto kemudian berdiri.

"Enak mana digigit nyamuk sama digigit Ibu, Pak."

Pak Sumanto diam beberapa detik lalu berkata, "Kayaknya lebih enak digigit Juminten."

"BAPAKKK!!" teriak Bu Lastri mendengar jawaban Pak Sumanto yang kini sedang berlari kencang memasuki rumah sambil terbahak-bahak.

***

Sabtu, 22 Juni 2019

Qorun di Zaman Milenial

"Lebih mudah bersabar di waktu sempit ketimbang bersabar di waktu lapang"





Sabar, kata yang sangat mudah diucap lisan, namun susah diresap hati. Banyak insan yang mengata sabar, namun perilaku tak mencerminkan kata sabar. Sabar berbuah pahala yang tiada terhingga, ibarat lautan yang tak kering walau ditimba puluhan kali. Begitulah sabar, sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh insan yang telah dipilih-Nya.

Waktu sempit, saat tak ada pundi-pundi uang yang cukup di genggaman, kita mampu bersabar untuk bertahan. Tidak membelanjakannya bila tidak mendesak. Dan tidak pula membelanjakannya untuk hal-hal unfaedah dan tak bermanfaat. Kita puas hanya dengan yang dimiliki sekarang dan tak berangan-angan lebih dengan kata seandainya dan seandainya. Meskipun ingin gadget yang canggih, mobil yang mewah ataupun pakaian yang indah, kita selalu mampu bertahan untuk tidak membelinya karena memang tak ada kesanggupan untuk membeli.  Namun saat kelapangan datang dan harta melimpah ruah, masihkah kita sanggup bertahan untuk tidak membelinya? Mencukupi rasa dahaga akan kemewahan dunia? Jawabnya mungkin tidak! Hati yang lemah dengan kelapangan, membuat kita menurunkan waspada terhadap kesabaran. Kita terbuai untuk membeli barang-barang unfaedah dan tak bermanfaat. Toh, uang kita banyak, untuk apa ditahan. Selanjutnya bakal banyak barang-barang memenuhi ruangan rumah yang sebagian besar tidak kita perlukan demi memenuhi hasrat dalam diri. Tanpa sadar kita telah melakukan pemborosan yang mendekatkan diri kepada syaiton.

Bersabar memang hal yang sulit apalagi dikipasi oleh napsu yang datangnya dari syaiton. Kelapangan menjadi bukti nyata melemahkan iman bila kita tak mampu mengelolanya. Masih ingatkah kita dengan Qorun, pria miskin yang taat beribadah. Dia selalu beribadah kepada tuhan-Nya siang dan malam. Tak pernah lelah dan putus asa sampai Allah Swt mengabulkan segala doanya dan menjadi sosok kaya di kota itu pada masanya. Qorun, pria miskin yang taat beribadah, kini terlihat jarang beribadah dan meminta kepada tuhan-Nya seperti dahulu sebelum harta mendatanginya. Kini dia disibukkan dengan emas dan harta, dan lupa pada Allah yang menganugerahkan semua kepadanya. Dengan harta, dirinya berkuasa dan merasa lebih hebat hingga mengaku menjadi tuhan. Lihat, betapa kelapangan dan harta mampu membuat seseorang menjadi buta. Sabar kini tiada arti lagi bagi mereka-mereka yang lupa.



Lantas apakah kita bernah perfikir, bahwa kita adalah salah satu jelmaan Qorun di zaman milenial, zaman yang tak lepas dari teknologi canggih dan gadget? Sebelum datangnya gadget yang canggih, kita tidak pernah berprilaku ria dan sombong dengan menampilkan harta dan kelapangan pada khalayak ramai melalui sosial media karena pada zaman itu kita belum mengenal istilah sosmed, dan gadget yang digunakan pun hanya sebatas kirim SMS dan sambungan selular. Saat itu Kita mampu bersabar dalam keterbatasan. Namun setelah gadget dan sosmed menjadi virus dalam setiap sendi darah kita, kita menjadi lupa untuk bersabar. Kesombongan dan sifat ria nampak pada setiap status dan foto yang kita upload di sosmed. Tak jarang pula aurat yang biasanya kita tutup, kini terpajang bebas bagai lukisan indah yang menjadi candu mata bagi yang melihatnya. Sadar atau tidak sadar, kita melakukannya. Sabar pun serasa menguap dan terbang entah kemana. Seandainya kita sabar, lapang ataupun sempit, kita tetaplah kita. Tak mudah untuk tergoda dan tetap istiqomah di jalan-Nya. Ini bukan celaan, hanya mengingatkan bagi diri kita, kita dan kita.

Minggu, 02 Juni 2019

Me & 30 Day Writing Challenge



Tidak semua orang menyukai tantangan. Namun dengan adanya tantangan mampu memacu adrenalin dan semangat untuk menggapai sesuatu yang kita inginkan. Sama halnya dengan kehidupan apabila tidak ada tandangan pasti hidup akan terasa hambar dan membosankan, bukan? Nah, kali ini pun saya mengalami tantangan yang serupa dalam bidang kepenulisan. Seseorang yang belum saya kenal di instagram tiba-tiba memposting info 30 hari tantangan menulis selama bulan ramadhan, yang entah mengapa membuat saya tertarik untuk mengikutinya.

Dengan niat coba-coba, saya pun ikut bergabung dengan group WA kepenulisan yang beliau gawangi. Peserta yang kini sah menjadi anggota kurang lebih 77 orang termasuk adminnya sendiri yaitu mbak Yusni Agus Safitri. Beliaulah yang mencetuskan ide menulis artikel, cerpen, goresan pena atau curhat sekalipun selama 30 hari di bulan ramadhan yang mana bakal diposting di blog atau instagram masing-masing peserta. Awalnya saya ragu untuk mengikuti group tersebut dan tidak yakin dengan diri sendiri apakah mampu untuk melaksanakan tantangan tersebut atau tidak, mengingat selama ini saya tidak pernah mampu mengikuti tantangan di group kepenulisa.   Bagi saya membuat tulisan dengan tema berbeda-beda setiap hari selama 30 hari bukanlah perkara yang muda. Dengan niat setengah matang saya mencoba bertahan dan mengikuti arus waktu yang kian berputar.

Sampai pada hari H, hari di mana setiap peserta diminta membuat tulisan dan mempostingnya di blog, saya merasa kian meragu. Meski demikian saya paksa tubuh dan pikiran untuk menulis, yang kemudian lahirlah tulisan pertama berjudul “Menyambut Ramadhan dengan Surah Al-Fath”. Mungkin karena kebiasaan orang rumah menyambut ramadhan dengan Surah Al-Fath, ide tersebut muncul untuk segera direalisasikan. Berbekal niat yang maju mundur akhirnya hari pertama telah selesai saya penuhi.

Hari kedua tantangan saya tidak mempunyai ide apa-apa, semuanya terasa buram dan kacau. Mencoba merefresh otak, saya kemudian menjelajah sosial media dengan niat mencari ide yang mungkin bisa dijadikan inspirasi tulisan di hari kedua. Perlahan-lahan saya membaca chat peserta lain yang masuk. Mereka begitu antusias menyambut tantangan ini berbeda sekali dengan saya yang kian hari kian meragu. Akhirnya saya pun ikut berdiskusi tentang apa-apa saja kira-kira tema yang bisa diambil. Waktu itu, kalau tidak salah mbak Dira Arin mengusulkan untuk mengambil tema yang ada di lingkungan sehari-hari. Saya pun kemudian berpikir, hidup saya yang monoton tentu tidak ada hal menarik yang bisa dijadikan ide untuk sebuah tulisan. Saya menyerah untuk mengambil tema yang berhubungan dengan lingkungan yang ada di sekitar kehidupan saya dan mencoba memikirkan tema lain.

Hari kedua masih belum ada tanda-tanda tulisan bakal kelar. Selepas sahur, tiba-iba ide datang. Dengan berbekal kitab fikih kelas 3 Awwaliyah yang baru saja saya pelajari, saya pun mengambil tema berkaitan dengan hal-hal yang membatalkan puasa. Tulisan itu berhasil selesai setelah pukul 7 pagi yang kemudian saya posting di blog. Saya lihat list pengirim pun telah banyak dan saya mendapat urutan nomor belas-belasan.  Antusias mereka dalam menulis sungguh luar biasa, membuat saya ikut terpacu agar dapat mensejajarkan langkah dengan mereka.

Hari berikutnya ide mengalir dengan lancar, sebagian terinspirasi dari tulisan-tulisan peserta lain dan tidak jarang pula murni muncul dari pemikiran sendiri. Biasanya saya mencuri-curi waktu kosong di tempat kerja ketika pekerjaan telah usai untuk menulis barang satu atau dua paragraf. Tulisan tersebut tidak lantas lancar jaya, terkadang mengalir dan terkadang pula sendat di tengah jalan yang nantinya mesti saya rampungkan kembali di rumah. Tulisan itu kembali saya rampungkan ketika sahur menjelang. Seusai sahur, saya menulis kata demi kata hingga paragraph menjelma di layar handphone yang kusam.

Begitulah yang terjadi pada hari-hari berikutnya. Bahkan yang paling parah, ide itu muncul di waktu sholat tarawih. Kata orang, benda apapun yang kita lupakan bakal teringat ketika sholat dan hal itu juga terjadi pada saya. Saat saya terlambat sholat isya berjamaah, saya memutuskan untuk sholat masbuk. Seharusnya pada waktu imam salam yang kedua, saya berdiri dan melengkapi rakaat yang tertinggal. Bukannya berdiri, saya malah mengikuti imam salam karena pikiran yang melantur memikirkan ide-ide tulisan yang muncul silih berganti. Menyadari kesalahan yang saya perbuat, saya kemudian kembali sholat isya karena sholat yang pertama tidaklah sah.

Begitu banyak hal yang saya dapat dari 30 Day Writing Challenge, salah satunya teman baru dan pengetahuan-pengetahuan baru dari beberapa tulisan mereka. Melalui 30 Day Writing Challenge, saya mampu membuktikan bahwa saya bisa menulis secara konsisten apabila saya berusaha bersungguh-sungguh. Selama ini bagi saya menulis hanyalah rangkaian kata yang mewakili imajinasi yang bebas tanpa tekanan namun arti menulis sebenarnya tidaklah sedangkal itu. Masih banyak rahasia menulis yang tidak mampu dijabarkan oleh tulisan sederhana ini. Semoga dengan mengikuti tantangan 30 Day Writing Challenge, saya mampu konsisten menulis dan menghasilkan karya yang lebih banyak dan bermanfaat bagi orang lain.




#Day(30)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

Larangan Memperjual Belikan Darah Dalam Islam



Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu cairan yang disebut plasma dan sel darah. Darah secara keseluruhan kira-kira seperduabelas dari badan atau kira-kira lima liter.

Darah merupakan jaringan cair yang ada di dalam tubuh makhluk hidup yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma dan sel darah. Secara keseluruhan darah mengisi seperdua belas di dalam tubuh atau kira-kira lima liter. Luka akibat kecelakaan dapat menyebabkan keluarnya cairan darah di dalam tubuh sehingga mengakibatkan volumenya ikut berkurang. Kekurangan volume darah di dalam tubuh makhluk hidup khususnya manusia dapat mengakibatkan metabolisme di dalam tubuh terganggu bahkan ada yang meregang nyawa apabila kekurangan darah yang berlebihan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukanlah transfusi darah.

Transfusi darah ialah memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang memerlukan tambahan darah dengan tujuan untuk menyelamatkan jiwa seseorang. Menurut Asy-Syekh Husnain Muhammad Makhluuf “Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya.

Darah yang dibutuhkan untuk transfusi dapat dilakukan secara langsung bisa pula melalui suatu lembaga seperti Palang Merah Remaja (PMI) atau Bank Darah. Lantas bagaimana proses transfusi darah melalui lembaga seperti PMI atau Bank Darah? Biasanya PMI atau Bank darah menyediakan kantung darah yang dihargai dengan rupiah bagi orang-orang yang memerlukannya. Dari sana timbullah suatu pertanyaan, bagaimana hukum jual beli darah tersebut di dalam islam. Padahal dapat kita ketahui bahwa darah merupakan benda najis yang haram untuk dimakan dan diperjualbelikan. Namun bagaimana dengan permasalahan seperti ini. Apakah termasuk dalam jual beli yang diharamkan?

“Rasulullah S.A.W. pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan memperjualbelikan khamr, bangkai, babi, dan berhala.” Lalu Rasul ditanya para sahabat, “Bagaimana (orang Yahudi) yang memanfaatkan minyak bangkai; mereka pergunakan untuk memperbaiki kapal dan mereka gunakan untuk menyalakan lampu? Rasul menjawab, “Semoga Allah melaknat orang Yahudi, diharamkan Minyak (lemak) bangkai bagi mereka, mereka memperjualbelikannya dan memakan (hasil) harganya.”

Dari hadist di atas dapat kita ketahui bahwa rasulullah melarang memperjual belikan benda najis, termasuk darah. Menurut hukum asalnya menjual darah adalah haram. Namun para ulama sepakat bahwa memperjualbelikan barang najis yang memiliki manfaat bagi manusia diperbolehkan seperti menjual belikan kotoran hewan untuk keperluan pupuk.

Menurut Mazhab Iman Hanafi dan Dzahiri, Islam memperbolehkan jual beli barang najis yang memiliki manfaat yang besar bagi manusia seperti jual beli kotoran hewan untuk pupuk. Dengan hukum tersebut maka dapat diqiyaskan bahwa jual beli darah dalam rangka menolong jiwa seseorang diperbolehkan karena memiliki manfaat yang besar.  Dasar yang diambil dalam diperbolehkannya jual beli darah diambil dari hadist yang berbunyi :
“bahwa pada prinsipnya segala sesuatu itu boleh (mubah), kecuali ada dalil yang mengharamkanya”.


Berbeda dengan pendapat Imam Syafi’ie bahwa islam mengharamkan jual beli benda najis termasuk darah meskipun memiliki manfaat yang besar bagi manusia. Hal ini sesuai dengan Q. S Al-Maidah ayat 3 dan H.R Ahmad dan Abu Daud yang berbunyi :

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai darah, daging babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah”. (QS. Al-Maidah ayat 3).

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu, maka mengharamkan juga harganya”. (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Dari perbedaan kedua pendapat di atas maka jual beli darah dikatagorikan tidak etis dan tidak pantas. Meskipun di dalam hukum islam transfusi darah halal dilaksanakan dan diperbolehkan, namun alangkah baiknya tidak dilakukan jual beli atas darah tersebut. Kecuali pemungutan uang terhadap darah tersebut untuk sekedar biaya administrasi karena darah memerlukan perawatan (pemeliharaan) sebelum dipergunakan untuk proses transfusi.


Wallahu A’lam

#Day(29)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

Sabtu, 01 Juni 2019

Khasiat Dzikir Sebelum Tidur



Tidak jarang manusia merasakan lelah, letih dan capek selepas melakukan aktivitas di siang hari. Istirahat dan tidur cukup tidak lantas menjamin tubuh sehat bugar selepas bangun tidur. Ada kalanya vitamin dan obat suplemen menjadi sasaran agar tubuh fit kembali dalam beraktivitas. Hal ini tentu telah banyak dilakukan orang-orang khususnya pekerja berat yang selalu mengandalkan otot ketika bekerja. Lantas bagaimana dengan ibu rumah tangga yang pekerjaannya hampir 24 jam? Tentu banyak menguras energi sehingga tak jarang para ibu rumah tangga mengalami kelelahan dan kejenuhan dalam melakukan aktivitasnya. Belum lagi dampak buruk dari mengkonsumsi obat-obatan penghilang lelah atau pun suplemen, sudah pasti akan berdampak buruk pada kesehatan, solusi satu-satunya meminta suami untuk mencarikan seorang pembantu yang ikut serta memelihara dan membereskan pekerjaan rumah.

Bagaimana kalau keluarga yang tidak mampu untuk membayar pembantu? Pasti akan mengalami kesulitan yang sangat besar, bukan? Pasrah mungkin adalah satu-satunya solusi bagi mereka. Ternyata masalah seperti ini tidak hanya terjadi di masa sekarang saja. Di masa rasulullah pun pernah terjadi ketika Sayyidina Ali, menantu rasulullah sekaligus suami dari Sayyidatina Fatimah mendatangi rasulullah untuk meminta seorang pembantu karena Sayyidatina Fatimah kelelahan mengurus rumah seorang diri. Saat itu Sayyidina Ali dan Sayyidatina Fatimah berkunjung ke rumah Rasulullah untuk meminta seorang pembantu agar dapat meringankan pekerjaan Sayyidatina Fatimah di rumah. Namun apa yang rasulullah lakukan? Beliau tidak memberikan seorang pembantu kepada Sayyidina Ali melainkan menyuruh mereka berdua agar mengamalkan membaca tasbih, tahmid dan takbir sebelum tidur, sesuai dengan sabda beliau yang berbunyi :

أَلاَ أَدُلُّكُمَا عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ؟ إِذَا أَوَيْتُمَا إِلَى فِرَاشِكُمَا، أَوْ أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا، فَكَبِّرَا ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ، وَسَبِّحَا ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ، وَاحْمَدَا ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ، فَهَذَا خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

“Maukah kalian berdua aku tunjukkan kepada sesuatu yang lebih baik dari seorang pembantu? Jika kalian hendak tidur, ucapkanlah takbir 33 kali, tasbih 33 kali, dan tahmid 33 kali. Hal itu lebih baik dari seorang pembantu.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Ucapan tasbih 34 kali.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Ucapan takbir 34 kali.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 5361 dan Muslim, no. 2728]

Dari hadist di atas dapat diketahui bahwa dengan mengamalkan membaca tasbih, tahmid dan takbir sebelum tidur Insya Allah semua rasa lelah, letih dan capek yang menggelatuti tubuh akan hilang selepas bangun tidur. Tubuh akan terasa segar dan kembali bersemangat. Selain itu tasbih, tahmid dan takbir merupakan sebaik-baik bacaan dzikir.

Hikmah dari cerita di atas mengajarkan kita untuk bersifat juhud dan sederhana karena dengan adanya pembantu kita telah melakukan pemborosan terhadap biaya rumah tangga, padahal seorang diri pun masih bisa dilakukan. Selain itu melayani suami dan melakukan pekerjaan rumah tangga merupakan perbuatan mulia dan mendulang banyak sekali pahala yang mampu mengantarkan ke surga, jadi sekecil apapun lelah yang dirasa pasti dibalas Allah dengan pahala. Semoga kita dapat mengamalkannya dan menjadi orang-orang yang bertaqwa.

#Day(28)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah