Selasa, 17 Juni 2014

Cara Pembuatan Bokashi Enceng Gondok



Pendahuluan
Eceng gondok atau enceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Enceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon, Brasil. Awalnya didatangkan ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau Jawa. Enceng gondok merupakan tanaman yang tingginya sekitar 0,4-0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan Pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Orang lebih banyak mengenal tanaman ini adalah tumbuhan pengganggu (gulma) di perairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat sehingga dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Enceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Karena kemampuan inilah yang membuat enceng gondok banyak digunakan untuk mengolah air buangan, sebab aktivitas enceng gondok mampu mengolah air buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Enceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara biokimiawi (berlangsung agak lambat) dan mampu menyerap logam-logam berat seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik, kemampuan menyerap logam persatuan berat kering enceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua.
Enceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai briket, pupuk, kompos, pupuk cair, pakan ternak dan kerajinan tangan. Enceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kertas, dan apabila diproses lebih lanjut bisa dibuat etanol dengan cara hidrolisis dan fermentasi, yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk mengantisifasi terjadinya krisis bahan bakar minyak bumi (BBM) pada masa yang akan datang. 

Taksonomi, Morfologi dan Syarat Tumbuh Enceng Gondok
Taksonomi
Dalam dunia tumbuhan, sistematika enceng gondok tersusun sebagai berikut:
Divisi                     :  Spermatophyta
Sub Division         :  Angiospermae
Kelas                     :  Monocotyledoneae
Bangsa                  :  Bromeliales
Suku                      :  Potedericeae
Genus                    :  Eichhornia
Spesies                  :  Eichhornia Crassipes Solms


Gambar 1. Enceng Gondok.

Morfologi
Enceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 4 - 8 cm. Tidak mempunyai batang serta daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.Tumbuhan air seperti enceng gondok memiliki struktur batang dan daun yang khas untuk hidup di air. Pada umumnya batang tanaman air berongga. Rongga itulah yang membuat tanaman tersebut dapat terapung di permukaan air. Rongga udara yang terdapat dalam akar, batang, dan daun selain sebagai alat penampungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan O2 dari proses fotosintesis. Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi tumbuhan di malam hari dengan menghasilkan CO2 yang akan terlepas kedalam air.
Daun enceng gondok tergolong dalam makrofita yang terletak di atas permukaan air, yang di dalamnya terdapat lapisan rongga udara dan berfungsi sebagai alat pengapung tanaman. Zat hijau daun (klorofil) enceng gondok terdapat dalam sel epidemis. Di permukaan atas daun dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu daun. Stomata pada enceng gondok banyak terdapat di epidermis atas. Berdasarkan teori, stomata yang sel-sel penutupnya terletak pada permukaan daun disebut stomata phaneropore. Stomata seperti ini terdapat pada tumbuh-tumbuhan hydrophyt. Stomata yang letaknya di permukaan daun ini dapat menimbulkan banyaknya pengeluaran air secara mudah dan biasanya dapat pula dikemukakan bahwa epidermisnya tidak mempunyai lapisan kutikula. Merupakan cara beradapatasi bagi kelompok tumbuhan air seperti Enceng Gondok. Tumbuhan tersebut terus menerus mendapatkan air sehingga perlu diimbangi dengan penguapan yang tinggi. Stomatanya yang di atas membantu mengurangi kandungan air tersebut, karena jika tidak, tumbuhan bisa busuk. Itulah alasan mengapa stomata yang terdapat pada permukaan daun enceng gondok jumlahnya lebih banyak dari pada yang terdapat di bagian bawah daun.
Secara detail, daun enceng gondok dapat dideskripsikan sebagai berikut :
§     Daunnya lebih tebal dari daun teratai.
§     Luas daun lebih kecil dari daun teratai dengan diameter 4 cm.
§     Memiliki stomata pada permukaan atas daun dan 12 stomata pada permukaan bawah daun.
§     Letak stomata menyebar tapi rapi.
§     Tangkainya menggembung dan berongga.
§     Daun dan tangkainya berwarna hijau.
Tangkai enceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya penuh dengan udara yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di permukaan air. Lapisan terluar petiole adalah lapisan epidermis, kemudian dibagian bawahnya terdapat jaringan tipis sklerenkim dengan bentuk sel yang tebal disebut lapisan parenkim, kemudian didalam jaringan ini terdapat jaringan pengangkut (xylem dan floem). Rongga-rongga udara dibatasi oleh dinding penyekat berupa selaput tipis berwarna putih.
Enceng gondok berbunga bertangkai dengan warna mahkota lembayung muda. Berbunga majemuk dengan jumlah 6 - 35 berbentuk karangan bunga bulir dengan putik tunggal. Enceng gondok juga memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut, enceng gondok merupakan tumbuhan perennial yang hidup dalam perairan terbuka, yang mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila air dangkal. Perkembangbiakan enceng gondok terjadi secara vegetatif maupun secara generatif, perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru. Setiap 10 tanaman enceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000 tanaman baru dalam waktu 8 bulan, hal inilah membuat enceng gondok banyak dimanfaatkan guna untuk pengolahan air limbah. Enceng gondok dapat mencapai ketinggian antara 40 - 80 cm dengan daun yang licin dan panjangnya 7 - 25 cm.
a.                  Syarat Tumbuh
Faktor lingkungan yang menjadi syarat untuk pertumbuhan enceng gondok adalah sebagai berikut:
1.                  Cahaya matahari, PH dan Suhu
Pertumbuhan enceng gondok sangat memerlukan cahaya matahari yang cukup, dengan suhu optimum antara 25°C - 30°C, hal ini dapat dipenuhi dengan baik di daerah beriklim tropis. Kecepatan  pertumbuhan  relatif tanaman  ini  lima  kali  lebih  tinggi  pada musim  panas  bila  dibandingkan  musim dingin. Di samping itu untuk pertumbuhan yang lebih baik, enceng gondok lebih cocok terhadap pH 7,0 - 7,5, jika pH lebih atau kurang maka pertumbuhan akan terlambat dikarenakan akar  menjadi keras, agak rusak dan tidak ditemukannya akar – akar lateral.
2.                  Ketersediaan Nutrien Derajat keasaman (pH) air
Pada umumnya jenis tanaman gulma air tahan terhadap kandungan unsur hara yang tinggi. Sedangkan unsur N dan P sering kali merupakan faktor pembatas. Kandungan N dan P kebanyakan terdapat dalam air buangan domestik. Jika pada perairan kelebihan nutrien ini maka akan terjadi proses eutrofikasi. Enceng gondok dapat hidup di lahan yang mempunyai derajat keasaman (pH) air 3,5 - 10. Agar pertumbuhan enceng gondok menjadi baik, pH air optimum berkisar antara 4,5 – 7.
Tumbuhan  enceng  gondok  segar  mengandung  ±  90% air,  0,05% N,  0,06% P2O5,  0,5%  K2O dan mineral lainnya yang prosentasenya sangat sedikit. Akan  tetapi dalam bahan kering yang hanya terdapat 10% dari berat total segar terkandung 75% bahan organik 1,5% N, 24% abu. Dalam analisa abu, enceng gondok mengandung unsur hara K paling banyak, yakni sekitar 29% K2O di samping terdapat 12 % Cl2 dan 7% P2O5.
3.                  Intensitas cahaya
Pada keadaan cahaya matahari 100% tanaman ini tumbuh dan berkembang biak paling cepat dibandingkan dengan cahaya matahari 75%, 50% atau 25%.
  
BOKASHI
Kompos dan Bokashi
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pupuk organik karena bahan penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik. Kompos bisa juga diartikan sebagai hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.
 Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Sedangkan tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola. Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos di bawah 40°C
 Pengomposan merupakan proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Kompos mempunyai sifat sebagai berikut : 1) memperbaiki struktur tanah, 2) memperbesar daya ikat tanah berpasir, 3) meningkatkan daya ikat air pada tanah, 4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, 5) mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, 6) membantu pelapukan bahan mineral, 7) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba, 8) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.
Terdapat beberapa macam mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membantu dan mempercepat pengomposan organik agar menjadi pupuk kompos. Mikroorganisme tersebut antara lain Streptomyces sp., Acetybacter sp., Actynomycetes sp. Bahan aktivator untuk mempercepat pembuatan kompos antara lain produk Dectro, OrgaDec, serta EM-4 yang diproduksi.
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional. Ada banyak merk EM yang beredar dipasaran baik buatan lokal maupun formula import, misalnya Stardec, Orgadec dan EM4. Fungsinya sama karena mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Dengan kata lain bokashi adalah kompos yang dihasilkan melalui proses fermentasi dengan pemberian EM4. Kata “Bokashi” diambil dari bahasa Jepang yang artinya bahan organik yang terfermentasi.
Larutan Effective Microorganism 4 (EM4) ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus Jepang dengan kandungan mikroorganisme sekitar 80 genus. Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Dalam proses fermentasi bahan organik, mikroorganisme akan bekerja dengan baik apabila kondisinya sesuai, yaitu apabila dalam kondisi anaerob, pH rendah (3-4), kadar gula tinggi, kadar air 30-40%, dan suhu sekitar 40-50oC.  
EM4 dalam Pembuatan Bokashi
Pemanfaatan EM4 (Effective Microorganisms 4) dalam pembuatan kompos telah banyak dilakukakan berdasarkan pada tingkat proses fermentasi yang lebih cepat dan mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak udang dan ikan. EM-4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
EM-4 biasanya diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman secara berkelanjutan. Proses pembuatan pupuk organik secara biasanya membutuhkan waktu 8 - 12 minggu, sedang apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan), yakni menggunakan EM-4 hanya memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan hasilnya lebih baik.
Terdapat beberapa keuntungan dalam aplikasi EM-4, yakni :
§     Menyiram tanaman (EM dicampur dengan air)
§     Dipergunakan pada hewan atau ikan
§     Menekan bau tak sedap toilet atau kandang
§     Meragikan kompos
§     EM5 à penangkal hama serangga
Pembuatan Bokashi Enceng Gondok
a.                  Persiapan Alat dan Bahan
Sebelum membuat bokashi enceng gondok perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut meliputi persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan bokashi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.                  Alat
-                      Talenan
-                      Parang/pisau pencincang
-                      Ember
-                      Plastik
-                      Pengkap Plastik
-                      Karung Beras
2.                  Bahan
-                      Enceng gondok
-                      EM4
-                      Kertas Label
-                      Pupuk Kandang
-                      Gula Pasir
b.                  Metode Kerja
      Berikut adalah cara pembuatan bokashi enceng gondok.
  1. Enceng gondok di potong kecil-kecil menggunakan parang.
  2. Potongan tersebut dicampur dengan pupuk kandang dan diaduk sampai merata
  3. EM4 dengan gula pasir dilarutkan ke dalam air bersih dengan ukuran 1 liter air dengan 2 tutup botol EM4 dan 1 sendok makan gula.
  4. Untuk keperluan 1 ton enceng gondok menggunakan 50 liter air dengan 1 liter EM4 dan 250 mg gula
  5. Kemudian potongan enceng gondok tersebut disiram dengan larutan EM4 dan gula dan diaduk sampai merata
  6. Setelah selesai, dimasukkan ke dalam karung dan peram ± 3 minggu dan disimpan di tempat yang bersih dan berudara sejuk
  7. Setelah ± 3 minggu bokasi enceng gondok sudah matang dan siap diaplikasikan pada tanaman.
  8.  Apabila bokashi ingin dijual dan dipasarkan, maka perlu dilakukan pengemasan dan pemberian label yang menarik. Kemudian disimpan di tempat yang kering dan sejuk.