Jumat, 10 Mei 2019

Fabel Ramadhan "Tupai yang Bakhil"






Alkisah, hiduplah seekor Tupai dan Kelinci yang bersahabat. Mereka telah lama tinggal di dalam hutan belantara yang jauh dari kawanan binatang-binatang lainnya. Setiap hari mereka pergi menelusuri hutan belantara untuk mencari makan. Sesampainya di dalam hutan, mereka menemukan dua anak pepaya yang masih kecil, seukuran lutut orang dewasa, yang tumbuh tak sengaja di dalam hutan.

"Hai Kelinci! Lihatlah apa yang aku temukan." teriak Tupai kepada Kelinci sahabatnya.

"Apa yang engkau temukan?" tanya Kelinci masih dengan jalannya yang pelan menuju keberadaan si Tupai.

"Lihat, teman. Ini anak pepaya. Bagaimana kalau kita bawa pulang dan kita tanam. Buahnya

bisa kita jadikan simpanan ketika dia berbuah nanti."
"Bagus sekali usulmu Tupai. Kita tidak perlu lagi mencari makanan ke dalam hutan, cukup buah pepaya ini saja."

"Ya, betul sekali perkataanmu wahai Kelinci."

Tupai dan Kelinci kemudian menggali tanah yang menutupi akar pohon anak pepaya. Bersama-sama mereka mencoba mencabut anak pohon pepaya dari tanah hingga tubuh mereka terpental dan membentur tanah. Walaupun demikian, mereka tidak berputus asa. Mereka terus menggali dan mencabut anak pohon pepaya secara bergantian, sampai akhirnya kedua anak pohon pepaya tersebut roboh dan terlepas dari tanah."Akhirnya perjuangan kita tidak sia-sia." kata Tupai menyeka dahinya dengan tangan yang berlumur tanah.

"Iya, akhirnya kita bisa mendapatkan anak pohon pepaya itu. Ayo kita pulang. Sebentar lagi matahari akan tenggelam." usul kelinci.

Mereka pun akhirnya pulang ke rumah dengan membawa dua anak pohon pepaya yang di pegang oleh si Tupai. Sesampainya di rumah, mereka langsung menanam anak pohon pepaya tersebut.

"Ini anak pohon pepayamu." kata Tupai menunjuk anak pohon pepaya yang di arah kiri.

"Yang ini adalah punyaku." Tupai kembali menunjuk pada anak pohon pepaya yang di arah kanan, yang baru saja ia tanam.

"Baiklah. Terima kasih kau telah membantuku menanam anak pepayaini. Semoga nanti menghasilkan buah yang banyak." harap Kelinci.

Setiap hari Tupai dan Kelinci merawat anak pohon pepaya mereka dengan telaten. Setelah merawatnya, mereka akan pergi ke dalam hutan untuk mencari makanan, selama anak pohon pepaya tersebut belum berbuah. Dalam beberapa kurun waktu, pohon pepaya mereka mulai berbuah. Pohon pepaya kepunyaan Tupai mulai menguning. Buahnya tampak besar dan segar serta banyak. Berbeda dengan kepunyaan Kelinci, buahnya sedikit dan masih berwarna hijau. Setiap hari Tupai memetik buah miliknya dan memakannya seorang diri. Dia tidak ingin berbagi kepada sahabatnya. Sampai suatu hari buah pepaya milik Kelinci masak dan menguning sebagian.

"Tupai, dapatkah kamu membantuku mengambilkan buah pepaya itu." pinta Kelinci. Sebenarnya Kelinci tidak pemalas, hanya saja tubuhnya yang kecil serta kakinya yang juga kecil, membuat Kelinci tidak mampu memanjat pohon pepaya tersebut. Berkali-kali ia mencoba menaikinya tetapi langsung meluncur dan terjatuh ke tanah. Akhirnya Kelinci pun meminta pertolongan Tupai.

"Baiklah, aku akan menolong mengambilkan pepaya itu. Tetapi ada syaratnya, kau harus memberiku beberapa buah pepaya itu sebagai upah." kata Tupai, padahal buah miliknya masih tersisa lebih banyak dari pada milik Kelinci yang baru masak.

"Baiklah." kata Kelinci menyetujui.

Tupai pun dengan sigap menaiki pohon pepaya tersebut. Dalam waktu singkat dia telah berada di atas pohon dan memetik buah-buah yang telah menguning. Sedangkan buah yang masih hijau, ia tinggalkan tetap di atas sana.

"Ini punyamu." Tupai menyerahkan seluruh buah pepaya kepada Kelinci, lalu mengambil jatah bagiannya."

"Terima kasih wahai Tupai." kata Kelinci.

Beberapa hari kemudian Tupai menemani Kelinci pergi ke tengah hutan. Mereka mencari persediaan makanan Kelinci yang telah habis. Sedangkan persediaan makanan Tupai masih sangat banyak. Buah pepaya milik Tupai semakin hari semakin lebat. Akan tetapi Tupai tidak mau berbagi dengan Kelinci, alhasil Tupai menemani Kelinci ke tengah hutan. Alangkah terkejutnya Tupai saat kembali pulang, buah pepaya miliknya tidak tersisa satu pun di atas pohon. Semuanya lenyap, tidak ada yang tersisa. Buah pepayanya baru saja dicuri oleh Tupai yang lain. Si Tupai pun menangis. Ia menyesal karena telah meninggalkan buah pepayanya sendirian tanpa dijaga. Seandainya dia bersedia memberikan sedikit buah pepaya kepada Kelinci Dia tidak perlu pergi ke tengah hutan dan mungkin buah pepayanya masih utuh di atas sana.


#Day(6)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah


4 komentar: