Minggu, 31 Desember 2017

MAKALAH SYAIR

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Karya sastra merupakan sebuah cipta yang dihasilkan oleh manusia yang memiliki nilai keindahan (nilai estetika) yang bisa berbentuk tulisan ataupun lisan. Secara umum Sastra diambil dari kata serapan bahasa sansekerta yang berarti teks yang mengandung instruksi, pedoman ataupun perintah.  Menurut Mursal Esten, Kesustraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia.
Berdasarkan pembagiannya, sastra terbagi kepada dua bagian yaitu sastra lama dan sastra modern. Sastra lama merupakan karya sastra yang berbentuk lisan atau ucapan, sering juga disebut sebagai sastra melayu yang proses terjadinya berasal dari ucapan serta cerita orang orang zaman dulu. Sastra lama biasanya berbentuk pantun, seloka, gurindam, syair, mantra serta talibun.
Dari beberapa bentuk sastra lama tersebut di atas, syair merupakan bentuk sastra klasik melayu yang sudah mendekati kepunahan akibat tergerus zaman. Pada zaman modern seperti sekarang ini jarang sekali kita temukan pelaksanaan upacara adat yang masih menggunakan syair sebagai lantunan yang mengiri upacara-upacara adat yang ada di Indonesia. Sehingga dengan adanya hal demikian penulis mengambil tema syair untuk dijadikan pembahasan dalam pembuatan makalah ini.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.        Apakah yang dimaksud dengan syair?
2.        Apa perbedaan dari syair, gurindam dan pantun?
3.        Apa saja jenis syair dan bagaimana contohnya?

C.      Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah yang diharapkan penulis dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui pengertian dari syair.
2.        Dapat menentukan perbedaan syair, pantun dan gurindam.
3.        Untuk mengetahui jenis dan contoh syair.

D.      Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat yang diharapakan penulis dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang seluk beluk syair, jenis beserta contohnya yang ada di Indonesia.

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Syair
Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia, dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah Syair berasal dari bahasa arab yaitu Syi'ir atau Syu'ur yang berarti perasaan yang menyadari, kemudian kata Syu'ur berkembang menjadi Syi'ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum. Dalam kamus bahasa Indonesia, syair adalah puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhir dengan bunyi yang sama; sajak; puisi.[1] 
5
Kata atau istilah Syair berasal dari bahasa arab yaitu Syi'ir atau Syu'ur yang berarti "perasaan yang menyadari", kemudian kata Syu'ur berkembang menjadi Syi'ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum. Pengertian yang lain, Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia, dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kemudian berkembang menjadi kata Syu’ur yang berarti puisi dalam pengertian umum. Maka syair dalam bahasa Melayu mengarah pada pengertian puisi secara umum. Namun berkembang dan mengalami perubahan dan modefikasi sehingga syair di desain sesuai dengan kondisi yang terjadi dalam perkembangan syair.[2]
Dengan demikian, ada yang mendefinisikan syair sebagai tembang yang penuh curahan perasaan. Meskipun demikian, bentuknya bukan puisi arab. Syair terdapat tiga macam yakni syair yang berisi cerita, syair yang mengisahkan kejadian dan syair yang berisi ajaran agama. Selain itu syair merupakan rangkaian kata-kata yang diciptakan pengarangnya dan wujud ekspresinya yang dikontemplasikan dengan alat-alat musik khasnya yaitu rabana.
Dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri Arab. Ikatan syair terjadi dari empat baris yang bersajak kadang-kadang terdapat juga syair yang bersajak dua-dua baris. Tiap-tiap baris panjangnya biasanya empat kata seperti pantun tetapi perbedaannya ialah empat baris pantun biasanya menyimpulkan sesuatu pikiran, perasaan, dan lain-lain sedangkan syair hampir selalu memakai lipatan empat. Kebanyakan syair ialah lukisan yang panjang-panjang misalnya lukisan suatu cerita, suatu nasehat, suatu ilmu dan lain-lain.

B.       Perbedaan Syair, Gurindam dan Pantun
Gurindam berasal dari bahasa Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula amsal, perumpamaan. Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.[3]
Syair adalah puisi lama yang terdiri atas 4 (empat) baris yang berakhir dengan bunyi yang sama (berirama aaaa). Puisi lama yang berasal dari Arab, yang memiliki ciri-ciri setiap bait terdiri dari 4 baris dan semua baris merupakan isi, jadi tidak memiliki sampiran, setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata yang biasanya berisi nasehat, dongeng ataupun cerita.[4]
Sedangkan Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan isinya pantun dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu pantun anak muda, pantun jenaka, pantun teka-teki, pantun nasihat, dan pantun anak-anak. Banyak hal yang tidak dapat dikemukakan dengan kalimat-kalimat yang sederhana, dapat digantikan dengan penyampaian pantun.
Adapun perbedaan antara syair, gurindam dan pantun dapat dilihat dirinci sebagai berikut :
1.        Perbedaan antara syair dengan gurindam
1)        Gurindam terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, sedangkan syair terdiri atas empat baris dengan irama akhir sama.
2)        Baris pertama berisikan semacam soal dan baris kedua berisikan jawabannya, sedangkan syair semua baris merupakan isi, jadi tidak memiliki sampiran.

2.        Perbedaan  antara syair dengan pantun :
1)        Pantun baris pertama dan kedua disebut sampiran( pembayang ) dan baris ketiga dan keempat disebut isi ( maksud sampiran ), sedangkan syair keempat baris adalah arti/maksud si pengarang.
2)        Pantun terdiri sampiran dan isi, sedangkan syair tidak terdapat sampiran dan isi.
3)        Pantun berirama a-b-a-b/ a-a-a-a, sedangkan syair berirama a-a-a-a.
4)        Pantun bahasanya boleh campur-campur, sedangkan syair bahasanya harus sama.

 C.      Ciri Syair
Setiap karya sastra khususnya puisi terdapat perbedaan dan ciri khas masing-masing. Adapun ciri dari syair adalah sebagai berikut :
1.        Setiap bait terdiri dari empat baris.
2.        Setiap baris terdiri atas empat kata (antara 8-14 suku kata).
3.        Bersajak a-a-a-a.
4.        Semua baris adalah isi.
5.        Bahasanya biasanya kiasan.
6.        Isinya : cerita, hikayat, nasehat, petuah, atau tentang ilmu.
7.        Tidak dapat selesai dalam satu bait.

D.      Hakekat Syair
Hakikat syair adalah hal-hal yang diungkapkan penyair dalam syair. Hakikat syair terdiri atas tema, rasa, nada, dan amanat ataupesan. Hakikat syair disebut juga isi syair. Hakikat syair lama sangatlah jelas karena tersurat.

E.       Fungsi Syair
Fungsi syair antara lain :
1.        Berfungsi dalam kegiatan kesenian dan kebudayaan masyarakat.
2.        Syair dijadikan sebagai hiburan. Ia sering dilagukan dalam majlis-majlis tertentu. Contohnya : pesta dan keramaian, dipertandingkan atau dalam upacara-upacara adat.
3.        Selain itu, ia juga digunakan dalam adat perkahwinan.
4.        Syair juga dilagukan atau dinyanyikan sebagai mengiringi tarian-tarian tertentu. Contohnya: dalam dabus atau boria.
5.        Di samping itu, kemerduan suara atau kelembutan nada syair berupaya mengusik perasaan dan seterusnya meninggalkan kesan yang mendalam.
6.        Syair juga digunakan untuk menyampaikan pengajaran melalui cerita dan lagu tersebut. Contohnya: dalam hal-hal yang menyentuh aspek pengajaran.

F.        Struktur Bentuk Syair
Pada pembicaraan syair, unsur dalam sebuah syair dapat berupa unsur-unsur struktural karya seni (syair). Struktur pembangun makna ditinjau dari struktur fisik (kebahasaan) dan unsur batin. Struktur fisik berupa diksi, pengimajian, dan persajakan sedangkan struktur batinnya berupa tema, perasaan, nada dan suasana serta amanat. Oleh karena itu, pembicaraan tentang struktur syair tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang hubungan antara unsur-unsur pembangunnya. Hubungan antara unsur tersebut dapat berupa hubungan antara unsur di dalam syair maupun hubungan unsur di luar syair.
G.      Jenis Syair
Menurut isinya, syair dapat dibagi menjadi lima golongan, antara lain sebagai berikut :
1)        Syair Panji
Syair Panji menceritakan tentang keaadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-orang yang berasal dari isana. Contoh syair panji adalah Syair Ken Tambuhan yang menceritakan tentang seorang putri bernama Ken Tambuhan yang dijadikan persembahan kepada Sang Ratu Kauripan.
2)        Syair Romantis
Syair Romantis berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat pada cerita alipur laram hikayat, maupun cerita rakyat. Contoh syair romantis yakni Syair Bidasari yang menceritakan tentang seorang putri raja yang telah dibuang ibunya. Setelah beberapa lama ia dicari Putra Bangsawan (saudaranya) untuk bertemu dengan ibunya, Pertemuan pun terjadi dan akhirnya Bidasari memaafkan ibunya, yang telah membuang dirinya.
3)        Syair Kiasan
Syair Kiasan berisi tentang percintaan ikan, burung, bunga atau buah-buahan. Percintaan tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Contoh syair kiasan adalah Syair Burung Pungguk yang isinya menceritakan tentang percintaan yang gagal akibat perbedaan pangkat, atau seperti perumpamaan “seperti pungguk merindukan bulan”.
4)        Syair Sejarah
Syair Sejarah adalah syair yang berdasarkan peristiwa sejarah. Sebagian besar syair sejarah berisi tentang peperangan. Contoh syair sejarah adalah Syair Perang Mangkasar (dahulu bernama Syair Sipelman), berisi tentang perang antara orang-orang Makassar dengan Belanda.
5)        Syair Agama
Syair Agama merupakan syair terpenting. Syair agama dibagi menjadi empat yaitu :
a)    Syair Sufi
b)   Syair tentang ajaran Islam
c)    Syair Riwayat Cerita Nabi
d)   Syair Nasihat.[5]

H.      Contoh-Contoh Syair

1.        Contoh Syair Nasihat

Wahai Ananda dengarlah pesan
Pakai olehmu sifat anak jantan
Bertanggung jawab dalam perbuatan
Beban dipikul pantang dielakkan
Wahai Ananda intan pilihan
Sifat tanggung jawab engkau amalkan
Berani mencencang terpotong tangan
Berani berhutang tumbuhlah beban
Wahai Ananda permata hikmat
Tanggung jawabmu hendaklah ingat
Berani menanggung sebab akibat
Berani berbuat tangan dikebat

Wahai Ananda intan terserlah
Bertanggung jawab dalam bertingkah
Berani menanggung sakit dan susah
Berani mati mempertahankan lidah
Wahai Ananda Bunda berpesan
Tanggung jawabmu jangan tinggalkan
Sakit dan perih engkau tahankan
Aib dan malu engkau tampungkan

2.        Contoh Syair Pendidikan

Bangunan ini sudah tua
Namun jangan dikira renta
Kemarilah untuk bermimpi dan berharap
Tentang gelora masa muda
Jika memang punya mimpi
Datanglah belajar di sini
Sebagai bekal untuk diri
Kelak berguna masa nanti
Bangunan tua ini sekolahmu
Sekolah untuk menimba ilmu
Belajar tekun bersama Guru
Untuk ilmu yang baru

3.        Contoh Syair Cinta Romantis

Dengan bismillah permulaan warkat
Diambil kertas kalam diangkat
Pena dan tinta jadi serikat
Menyampaikan hakikat dengan hasrat
Pena menyelam dawat menyambut
Terbentang kertas putih umbut
Kalam menari kata disebut
Jejak terbentang sebagai rambut

Awal mulanya surat direka 
Kenangan menyerang tidak berjangka
Siang malam segenap ketika
Wajah Adinda rasa di muka
Surat inilah pengganti diri
Datang menjelang muda bestari
Duduk berbincang berperi-peri
Melepas rindu hati sanubari
4.        Syair Kiasan
Paksi Simbangan konon namanya
Cantik dan manis sekalian lakunya
Matanya intan cemerlang cahayanya
Paruhnya gemala tiada taranya

Terbangnya Simbangan berperi-peri
Lintas di Kampung Bayan Johari
Terlihatlah kepada putrinya Nuri
Mukanya cemerlang manis berseri
Simbangan mengerling ke atas geta
Samalah sama berjumpa mata
Berkobaran arwah leburlah cinta
Letih dan lesu rasa anggauta

5.        Syair Agama
Janganlah engkau berbuat maksiat
Janganlah engkau berbuat jahat
Segeralah engkau bertaubat
Agar selamat dunia akhirat
Apabila engkau kesulitan
Dan menerima segala cobaan
Memohonlah kepada Tuhan
Pasti Tuhan mengabulkan
Jangan lupa kepadanya
Patuhilah perintahnya
Bertaubatlah kepadanya
Pasti Tuhan menerimanya


KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dirangkum dalam penulisan makalah ini yaitu bahwa karya sastra sudah ada sejak zaman dahulu, semakin hari terus mengalami perkembangan seiring dengan semakin banyaknya penemuan yang membuat dunia menjadi lebih modern. Sastra merupakan sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu, bisa berbentuk tulisan atau pun ucapan (lisan).
Syair adalah puisi lama yang terdiri atas 4 (empat) baris yang berakhir dengan bunyi yang sama (berirama aaaa). yang berasal dari bahasa Arab, yang memiliki ciri-ciri setiap bait terdiri dari 4 baris dan semua baris merupakan isi, jadi tidak memiliki sampiran, setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata yang biasanya berisi nasehat, dongeng ataupun cerita.
Adapun perbedaan antara syair, gurindam dan pantun yaitu Gurindam terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, sedangkan syair terdiri atas empat baris dengan irama akhir sama dan Pantun berirama a-b-a-b/ a-a-a-a. Baris pertama Gurindam berisikan semacam soal dan baris kedua berisikan jawabannya, dan syair semua baris merupakan isi, sedangkan pantun pada baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga serta keempat disebut isi .
Hakikat syair terdiri atas tema, rasa, nada, dan amanat atau pesan. Syair berfungsi sebagai hiburan dan dilagukan dalam majlis-majlis tertentu. Selain itu juga digunakan dalam adat perkawinan. Struktur fisik syair dapat berupa diksi, pengimajian, dan persajakan sedangkan struktur batinnya berupa tema, perasaan, nada dan suasana serta amanat.

DAFTAR PUSTAKA
Effendy Tenas, Pemakaian Ungkapan dalam Upacara Perkawinan orang Melayu, Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan AdiCita, Yogyakarta 2004
Esten, Mursal. 1978. Kesusasteraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung : Angkasa
Haji Ali Raja, Gurindam dua belas dan sejumlah sajak Lain, Yayasan Pusaka Riau, Pekanbaru Riau, 2002
Suryanto, Alex dan Agus Haryanto.2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X. Tangerang: ESIS.