Rabu, 24 Desember 2014

Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Pabrik CPO

I. PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan-perusahaan besar melalui Undang-undang Ketenaga kerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa  program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek yang penting dalam aktivitas dunia industri. Relativitas kadar penting tidaknya akan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini tergantung pada seberapa besar pengaruhnya terhadap subjek dan objek itu sendiri. K3 menjadi wacana industry abad ini setelah ditemukannya teori – teori yang representative yang mendukung akan improvisasi dalam konteks keselamatan dan manajemen resiko yang muncul dalam kegiatan industri yang lebih luas (Ridwan, 2010)
Menurut Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara maksimal. Apabila kita lakukan analisis secara mendalam maka kecelakaan, peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja pada umumnya disebabkan tidak dijalankannya syarat-syarat K3 secara baik dan benar (DK3N, 2010)
Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan perusahaan besar melalui Undang-undang Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan (Warta Ekonomi, 2 juni 2006 dalam Iman dan Moses, 2011). Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (A2K4) Indonesia Anas Zaini Z Iksan mengatakan, “setiap tahun terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja”. Dari jumlah ini, sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada proyek jasa konstruksi dan sisanya terjadi di sektor Industri manufaktur (Suara Karya, 2010 dalam Iman dan Moses, 2011).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat berperan penting di dalam Pabrik Kelapa sawit, karena proses Pembuatan Minyak CPO di Pabrik kelapa sawit banyak menggunakan alat-alat berat dan bahan-bahan kimia sehingga apabila bekerja tidak mengindahkan prinsip K3 maka akan berdampak buruk bagi para pekerja.
Menurut Balai Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha. Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton PKO per hektar, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan 0,57 ton PKO per hektar (BB Pengkajian, 2008).
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0-500 m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. (Agrindo, 2010 ).
Di Indonesia khususnya di kalimantan Selatan banyak tersebar perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit baik yang berasal dari pemerintah maupun swasta. Salah satu perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan adalah PT X yang terletak diderah Kabupaten Tanah Bumbu. PT X tidak hanya perkebunan kelapa sawit saja namun juga memiliki pabrik pengolahan minyak CPO.  Setiap perusahaan khususnya PT X tentu saja memerlukan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk diterapkan, karena dengan adanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kecelakaan kerja dapat diminimalkan sehingga produktivitas pekerja/karyawan pun dapat meningkat dan kesehatan pekerja tersebut dapat terjamin sehingga proses produksi pun menjadi lancar.
I.2  Tujuan
1.2.1  TujuanUmum
     Tujuan umum dari praktik kerja lapang ini adalah mempelajari keadaan perusahaan secara umum yang mencakup sejarah dan perkembangan perusahaan, ruang lingkup usaha, proses produksi, system manajemen didalam perusahaan, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, pengawasan mutu produk,  lokasi dan tata letak pabrik, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, pengelolaan limbah dan lain-lain secara umum.
1.1.2.  TujuanKhusus
Tujuan khusus dari praktik kerja lapang ini adalah sebagai berikut :
1.      Mempelajari sistem manajemen K3 pada produksi kelapa sawit mulai persiapan bahan        baku, pengolahan dan pengiriman.
2.   Mampu memberikan saran konstruktif pada perusahaan yang berhubungan dengan  aspek manajemen K3.

1.3  Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan praktik kerja lapang ini adalah :
1.      Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kerja bagi mahasiswa di luar kegiatan    perkuliahan.
2.      Memberikan pandangan kedepan bagi mahasiswa untuk memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
3.    Mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan kualitas diri setelah selesai melaksanakan praktik kerja lapang.
4.  Menjalin hubungan/kemitraan yang baik antara perguruan tinggi dengan Perusahaan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal dan terpercaya.

Kumpulan Puisi

Tanpamu
Rapuhnya aku tanpa dirimu
Rapuhnya aku tanpa hadirmu
Di sisiku lagi....

Aku tak pernah membayangkan
Dalam sekejap kau menghilang
hilang dari hidup dan pandangan
tak tahukah kau aku tanpamu
tak bisa tanpamu

Oh Ibu
Oh Ibu
Kaulah cahaya hidupku
Tanpa kamu
Tanpa kamu
Tak berarti diriku

Oh Ibu
Oh Ibu
Kaulah semangat hidupku
Lentera jiwaku
Tanpa kamu
Tanpa kamu
Tak berarti diriku

Rapuhnya aku tanpa hadirmu
Gelap hatiku terangi jalanku
Risau hatiku tenangkan hatiku
Arti dirimu tak terlukis kataku
Oh Ibu kaulah penyemangat jiwaku

by Rosidah Albana

Aku terlelap
Tatkala mentari terbit di ufuk timur
Harusnya aku sudah berdiri tegak
Bak gunung menjulang tinggi
Tetapi, bahkan saat ayam jantan berkokokpun
Aku masih terlelap
Terlelap dalam keheningan pagi
Tanpa suara dan asa
Tanpa bisa dan cita-cita

Haruskah aku begini?
Lelap dalam gelap
Tiada cahaya dan sinar gemerlap
Tiada warna apalagi pelangi

Hanya segumpal titik hitam dalam benak
Takkan terelak walau sesaat
Aku terlelap
Dalam diam
Dalam jurang
Kehancuran

by Rosidah Albana

Kapan

Ketika tangisan-tangisan kecil menggema dunia
Meneriakkan rintihan-rintihan kelaparan di setiap harinya
Tidakkah kau melihat?
Mendengar, bahkan iba sekalipun,
pada nasib anak-anakmu, yang akan meneruskan perjuangan
Bangsa dan negaranya kelak..
Getir-getir kepedihan merajai hatiku
Meminta dan meneriakkan akan janji-janji manismu
Kapan…
Kapan Bangsa ini akan terhindar dari kelaparan
Kehausan dan juga kemiskinan
Kapankah tercipta bangsa yang adil makmur dan sentosa
Merdeka di bawah panji-panji pusaka
Kapan,, kapan,,, dan kapan,,,
Kau tepati semua janji-janjimu
Janji seorang pemimpin bangsa panutan semua anak-anaknya
Hanya selirih doa terpanjat dari bibirku
Untukmu wahai negeriku tercinta
by Rosidah Albana



“KEMBALI”

Duniaku kosong saat jauh dariMu
Hampa terasa di setiap detik-detik denyut nadiku
Kesunyian kini menerkam jiwa jiwa yang sepi
bagaikan rantai kapal membelenggu raga
aku terpuruk, berlumuran noda dan dosa

Aku ingin kembali
Kembali dalam pangkuanMu
Dekapan hangat kasih sayangMu
Oh,,, Tuhan
Ijinkan aku berada dalam kasihMu
terlarut dalam belaian hangat cintaMu.
Di setiap pertengahan malam-malamku.

Oh,,, Tuhan
Aku ingin kembali
Kembali merajut cinta yang telah ku tinggal pergi
Bagaikan bunga yang kering di tanah tandus
Aku hampa tanpa KasihMu

Tuhan….
Aku ingin kembali menyebut namaMu dalam setiap hembusan napasku
Jangan biarkan aku terlena dengan cinta selain cintaMu

Tuntunlah aku menuju kasihMu, agar damai slalu bersamaMu.

by Rosidah Albana

Semangat Juang
Kau usung pedang di tangan kananmu
Kau genggam tombak bambu di tangan kirimu
Kau berlari
Kau berteriak kencang menggema dunia
Bagai singa mengaum tanpa henti
Tak sedikitpun rasa lelah kau sadari
Kau terus berlari
Maju! Maju! Dan terus maju
Tak takut pasukan lawan menghadang
Bagai tembok besar bertahtakan baja
Tak sedikitpun rasa gentar
Demi membela negeri tercinta
by Rosidah Albana

Selasa, 17 Juni 2014

Cara Pembuatan Bokashi Enceng Gondok



Pendahuluan
Eceng gondok atau enceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Enceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon, Brasil. Awalnya didatangkan ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau Jawa. Enceng gondok merupakan tanaman yang tingginya sekitar 0,4-0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan Pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Orang lebih banyak mengenal tanaman ini adalah tumbuhan pengganggu (gulma) di perairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat sehingga dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Enceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Karena kemampuan inilah yang membuat enceng gondok banyak digunakan untuk mengolah air buangan, sebab aktivitas enceng gondok mampu mengolah air buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Enceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara biokimiawi (berlangsung agak lambat) dan mampu menyerap logam-logam berat seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik, kemampuan menyerap logam persatuan berat kering enceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua.
Enceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai briket, pupuk, kompos, pupuk cair, pakan ternak dan kerajinan tangan. Enceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kertas, dan apabila diproses lebih lanjut bisa dibuat etanol dengan cara hidrolisis dan fermentasi, yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk mengantisifasi terjadinya krisis bahan bakar minyak bumi (BBM) pada masa yang akan datang. 

Taksonomi, Morfologi dan Syarat Tumbuh Enceng Gondok
Taksonomi
Dalam dunia tumbuhan, sistematika enceng gondok tersusun sebagai berikut:
Divisi                     :  Spermatophyta
Sub Division         :  Angiospermae
Kelas                     :  Monocotyledoneae
Bangsa                  :  Bromeliales
Suku                      :  Potedericeae
Genus                    :  Eichhornia
Spesies                  :  Eichhornia Crassipes Solms


Gambar 1. Enceng Gondok.

Morfologi
Enceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 4 - 8 cm. Tidak mempunyai batang serta daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.Tumbuhan air seperti enceng gondok memiliki struktur batang dan daun yang khas untuk hidup di air. Pada umumnya batang tanaman air berongga. Rongga itulah yang membuat tanaman tersebut dapat terapung di permukaan air. Rongga udara yang terdapat dalam akar, batang, dan daun selain sebagai alat penampungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan O2 dari proses fotosintesis. Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi tumbuhan di malam hari dengan menghasilkan CO2 yang akan terlepas kedalam air.
Daun enceng gondok tergolong dalam makrofita yang terletak di atas permukaan air, yang di dalamnya terdapat lapisan rongga udara dan berfungsi sebagai alat pengapung tanaman. Zat hijau daun (klorofil) enceng gondok terdapat dalam sel epidemis. Di permukaan atas daun dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu daun. Stomata pada enceng gondok banyak terdapat di epidermis atas. Berdasarkan teori, stomata yang sel-sel penutupnya terletak pada permukaan daun disebut stomata phaneropore. Stomata seperti ini terdapat pada tumbuh-tumbuhan hydrophyt. Stomata yang letaknya di permukaan daun ini dapat menimbulkan banyaknya pengeluaran air secara mudah dan biasanya dapat pula dikemukakan bahwa epidermisnya tidak mempunyai lapisan kutikula. Merupakan cara beradapatasi bagi kelompok tumbuhan air seperti Enceng Gondok. Tumbuhan tersebut terus menerus mendapatkan air sehingga perlu diimbangi dengan penguapan yang tinggi. Stomatanya yang di atas membantu mengurangi kandungan air tersebut, karena jika tidak, tumbuhan bisa busuk. Itulah alasan mengapa stomata yang terdapat pada permukaan daun enceng gondok jumlahnya lebih banyak dari pada yang terdapat di bagian bawah daun.
Secara detail, daun enceng gondok dapat dideskripsikan sebagai berikut :
§     Daunnya lebih tebal dari daun teratai.
§     Luas daun lebih kecil dari daun teratai dengan diameter 4 cm.
§     Memiliki stomata pada permukaan atas daun dan 12 stomata pada permukaan bawah daun.
§     Letak stomata menyebar tapi rapi.
§     Tangkainya menggembung dan berongga.
§     Daun dan tangkainya berwarna hijau.
Tangkai enceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya penuh dengan udara yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di permukaan air. Lapisan terluar petiole adalah lapisan epidermis, kemudian dibagian bawahnya terdapat jaringan tipis sklerenkim dengan bentuk sel yang tebal disebut lapisan parenkim, kemudian didalam jaringan ini terdapat jaringan pengangkut (xylem dan floem). Rongga-rongga udara dibatasi oleh dinding penyekat berupa selaput tipis berwarna putih.
Enceng gondok berbunga bertangkai dengan warna mahkota lembayung muda. Berbunga majemuk dengan jumlah 6 - 35 berbentuk karangan bunga bulir dengan putik tunggal. Enceng gondok juga memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut, enceng gondok merupakan tumbuhan perennial yang hidup dalam perairan terbuka, yang mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila air dangkal. Perkembangbiakan enceng gondok terjadi secara vegetatif maupun secara generatif, perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru. Setiap 10 tanaman enceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000 tanaman baru dalam waktu 8 bulan, hal inilah membuat enceng gondok banyak dimanfaatkan guna untuk pengolahan air limbah. Enceng gondok dapat mencapai ketinggian antara 40 - 80 cm dengan daun yang licin dan panjangnya 7 - 25 cm.
a.                  Syarat Tumbuh
Faktor lingkungan yang menjadi syarat untuk pertumbuhan enceng gondok adalah sebagai berikut:
1.                  Cahaya matahari, PH dan Suhu
Pertumbuhan enceng gondok sangat memerlukan cahaya matahari yang cukup, dengan suhu optimum antara 25°C - 30°C, hal ini dapat dipenuhi dengan baik di daerah beriklim tropis. Kecepatan  pertumbuhan  relatif tanaman  ini  lima  kali  lebih  tinggi  pada musim  panas  bila  dibandingkan  musim dingin. Di samping itu untuk pertumbuhan yang lebih baik, enceng gondok lebih cocok terhadap pH 7,0 - 7,5, jika pH lebih atau kurang maka pertumbuhan akan terlambat dikarenakan akar  menjadi keras, agak rusak dan tidak ditemukannya akar – akar lateral.
2.                  Ketersediaan Nutrien Derajat keasaman (pH) air
Pada umumnya jenis tanaman gulma air tahan terhadap kandungan unsur hara yang tinggi. Sedangkan unsur N dan P sering kali merupakan faktor pembatas. Kandungan N dan P kebanyakan terdapat dalam air buangan domestik. Jika pada perairan kelebihan nutrien ini maka akan terjadi proses eutrofikasi. Enceng gondok dapat hidup di lahan yang mempunyai derajat keasaman (pH) air 3,5 - 10. Agar pertumbuhan enceng gondok menjadi baik, pH air optimum berkisar antara 4,5 – 7.
Tumbuhan  enceng  gondok  segar  mengandung  ±  90% air,  0,05% N,  0,06% P2O5,  0,5%  K2O dan mineral lainnya yang prosentasenya sangat sedikit. Akan  tetapi dalam bahan kering yang hanya terdapat 10% dari berat total segar terkandung 75% bahan organik 1,5% N, 24% abu. Dalam analisa abu, enceng gondok mengandung unsur hara K paling banyak, yakni sekitar 29% K2O di samping terdapat 12 % Cl2 dan 7% P2O5.
3.                  Intensitas cahaya
Pada keadaan cahaya matahari 100% tanaman ini tumbuh dan berkembang biak paling cepat dibandingkan dengan cahaya matahari 75%, 50% atau 25%.
  
BOKASHI
Kompos dan Bokashi
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pupuk organik karena bahan penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik. Kompos bisa juga diartikan sebagai hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.
 Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Sedangkan tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola. Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos di bawah 40°C
 Pengomposan merupakan proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Kompos mempunyai sifat sebagai berikut : 1) memperbaiki struktur tanah, 2) memperbesar daya ikat tanah berpasir, 3) meningkatkan daya ikat air pada tanah, 4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, 5) mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, 6) membantu pelapukan bahan mineral, 7) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba, 8) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.
Terdapat beberapa macam mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membantu dan mempercepat pengomposan organik agar menjadi pupuk kompos. Mikroorganisme tersebut antara lain Streptomyces sp., Acetybacter sp., Actynomycetes sp. Bahan aktivator untuk mempercepat pembuatan kompos antara lain produk Dectro, OrgaDec, serta EM-4 yang diproduksi.
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional. Ada banyak merk EM yang beredar dipasaran baik buatan lokal maupun formula import, misalnya Stardec, Orgadec dan EM4. Fungsinya sama karena mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Dengan kata lain bokashi adalah kompos yang dihasilkan melalui proses fermentasi dengan pemberian EM4. Kata “Bokashi” diambil dari bahasa Jepang yang artinya bahan organik yang terfermentasi.
Larutan Effective Microorganism 4 (EM4) ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus Jepang dengan kandungan mikroorganisme sekitar 80 genus. Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Dalam proses fermentasi bahan organik, mikroorganisme akan bekerja dengan baik apabila kondisinya sesuai, yaitu apabila dalam kondisi anaerob, pH rendah (3-4), kadar gula tinggi, kadar air 30-40%, dan suhu sekitar 40-50oC.  
EM4 dalam Pembuatan Bokashi
Pemanfaatan EM4 (Effective Microorganisms 4) dalam pembuatan kompos telah banyak dilakukakan berdasarkan pada tingkat proses fermentasi yang lebih cepat dan mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada tambak udang dan ikan. EM-4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
EM-4 biasanya diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman secara berkelanjutan. Proses pembuatan pupuk organik secara biasanya membutuhkan waktu 8 - 12 minggu, sedang apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan), yakni menggunakan EM-4 hanya memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan hasilnya lebih baik.
Terdapat beberapa keuntungan dalam aplikasi EM-4, yakni :
§     Menyiram tanaman (EM dicampur dengan air)
§     Dipergunakan pada hewan atau ikan
§     Menekan bau tak sedap toilet atau kandang
§     Meragikan kompos
§     EM5 à penangkal hama serangga
Pembuatan Bokashi Enceng Gondok
a.                  Persiapan Alat dan Bahan
Sebelum membuat bokashi enceng gondok perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut meliputi persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan bokashi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.                  Alat
-                      Talenan
-                      Parang/pisau pencincang
-                      Ember
-                      Plastik
-                      Pengkap Plastik
-                      Karung Beras
2.                  Bahan
-                      Enceng gondok
-                      EM4
-                      Kertas Label
-                      Pupuk Kandang
-                      Gula Pasir
b.                  Metode Kerja
      Berikut adalah cara pembuatan bokashi enceng gondok.
  1. Enceng gondok di potong kecil-kecil menggunakan parang.
  2. Potongan tersebut dicampur dengan pupuk kandang dan diaduk sampai merata
  3. EM4 dengan gula pasir dilarutkan ke dalam air bersih dengan ukuran 1 liter air dengan 2 tutup botol EM4 dan 1 sendok makan gula.
  4. Untuk keperluan 1 ton enceng gondok menggunakan 50 liter air dengan 1 liter EM4 dan 250 mg gula
  5. Kemudian potongan enceng gondok tersebut disiram dengan larutan EM4 dan gula dan diaduk sampai merata
  6. Setelah selesai, dimasukkan ke dalam karung dan peram ± 3 minggu dan disimpan di tempat yang bersih dan berudara sejuk
  7. Setelah ± 3 minggu bokasi enceng gondok sudah matang dan siap diaplikasikan pada tanaman.
  8.  Apabila bokashi ingin dijual dan dipasarkan, maka perlu dilakukan pengemasan dan pemberian label yang menarik. Kemudian disimpan di tempat yang kering dan sejuk.