Kamis, 16 Mei 2019

Perempuan Paling Mulia



Masih ingat tanggal 11 ramadhan bertepatan dengan hari apa? Yup! Benar sekali. Tanggal 11 Ramadhan ialah tanggal wafatnya Sayyidah Khadijah Al Kubra, isteri pertama Rasulullah SAW.  Pada hari itu, khususnya di daerah tempat tinggal saya, Martapura Kalimantan Selatan. Setiap tahun memperingati hari meninggalnya wanita yang paling mulia di muka bumi ini. Acara yang digelar tidak serempak, ada yang mengadakan di rumah pribadi, mushola atau pun majelis-majelis pengajian yang ada di daerah Martapura. Rangkaian acaranya biasanya meliputi pembacaan doa haul, manakib atau istilah sekarang biografi dan pembacaan doa.

Mungkin ada sebagian pendapat yang berbeda mengenai acara peringatan hari haul. Mungkin ada yang bilang bid'ah, syirik atau apapun, menurut saya itu sah saja karena di dalam agama islam sendiri memiliki 4 mazhab atau imam yang berbeda. Jadi tidak ada larangan bagi orang lain untuk mengikuti atau meninggalkannya, sebab hal ini tergantung dari kepercayaan diri kita masing-masing kemana kita mengikut imam. Jadi bagi saya hal ini tidak perlu dipersoalkan panjang lebar, apalagi dengan kedangkalan ilmu yang saya miliki.

Lantas mengapa saya harus mengambil tema ini? Jawabannya cukup simple. Karena kemaren tanggal 11 ramadhan jadi enggak ada salahnya kalau kita mengingat kembali siapa Sayyidah Khadijah Al Kubra dan bagaimana keistimewaan beliau. Dengan mengingat kembali tingkah laku beliau yang begitu mulia, mudah-mudahan hati kita tergerak untuk mengikuti jejak langkah beliau, khususnya dalam membangum rumah tangga dan agama.

Sayyidah Khadijah Al Kubra merupakan putri dari Khuwaylid bin Asad bin Abdul 'Uzza bin Qushay Al Asadiyyah yang dilahirkan 15 tahun lebih dahulu daripada Rasululluh SAW. Gelar Al Kubra yang beliau sandang bukan tanpa alasan, sebab beliau merupakan perempuan yang memiliki ilmu dan budi pekerti sempurna. Selain kecantikan dan kekayaan yang beliau miliki, beliau juga terkenal sebagai perempuan yang arif dan bijaksana sehinga gelar Al Kubra itu benar-benar pantas untuk beliau.

Sebenarnya masih banyak keutamaan-keutamaan akhlak dan perangai beliau yang apabila saya jabarkan tak cukup waktu seharian. Perlu waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk dapat menceritakan bagaimana istimewanya beliau. Namun yang masih saya ingat, di  saat rasulullah mulai menyepi di gua hiro dan tidak pulang selama 2 sampai 3 hari bahkan seminggu untuk beribadah kepada Allah, Sayyidah Khadijah tidak marah. Beliau malah mendukung dan menyemangati rasulullah dan selalu mengantarkan makanan beberapa hari sekali ke gua hiro. Berbeda sekali dengan kita, suami baru telat pulang 2 sampai 3 jam, pulang-pulang suami langsung kita berondong dengan pertanyaan ini dan itu. Malah-malah perasaan cemburu timbul di hati dan keraguan acap kali memanasi. Itu lah kita, manusia yang tidak sempurna dan wajar adanya. Namun alangkah bagusnya kita mampu meniru sikap dan tingkah laku Sayyidah Khadijah dan bersikap dan berprilaku.

#Day(12)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

6 komentar:

  1. Tergelitik dengan bagian akhir tulisannya mba, tentang suami. Semoga, bisa menjadikan istri Rasulullah yang mulia sebagai teladan.

    BalasHapus
  2. Bunda, Bunda Khadijah. Rumah terbaik dari segala rumah. Nantikan aku di surga firdaus bun. Doakan kami untuk bisa menjadikanmu teladan. 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, semoga kita dikumpulkan dengan beliau kelak

      Hapus
  3. Wanita teladan, bunda Khadijah panutan dan suri tauladanluar biasa bagi kita para muslimah.. Semoga kelak bisa menjadi istri mendekati sebaik bunda Khadijah istri Rasulullah aaamiin ya Allah

    BalasHapus