Kamis, 08 September 2016

MINYAK DAN LEMAK (PENETAPAN LEMAK KASAR METODE EKSTRAKSI SOXHLET)

PRAKTIKUM III
I.    PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organic yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic (non polar). Misalnya dietel, kloroform, benzene dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut (Ginting dan Kerlina, 2002).
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau triasigliserol yang berarti “tiester dari gliserol”. Jadi, lemak dan minyak merupakan senyawa eter. Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbaon yang panjang dan tidak bercabang (Ginting dan Herlina, 2002).
Kadar lemak dapat ditetapkan dengan menggunakan pelarut organik selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karetonoid dan pigmen yang lain. Karena itu hasil analisisnya disebut lemak kasar. Pada garis besarnya analisi lemak kasar ada 2 cara, yaitu cara kering (ekstraksi panas) dan cara basah (ekstraksi dingin). Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dikerjakan secara terputus-putus (berkesinambungan). Ekstraksi terputus-putus dapat dijalankan dengan alat soxhlet atau ASTM (Darmasih, 1997).

B.  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.  Memahami cara melakukan analisis lemak kasar dengan metode ekstraksi soxhlet.
2.  Melakukan perhitungan kadar lemak kasar baik kadar lemak.
3.  Mampu menganalisis kadar-kadar berbagai jenis bahan atau produk pertanian.

II.   METODOLOGI
A.  Alat dan Bahan
Alat Yang digunakan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1.  Alat ekstraksi lemak lengkap dengan kondensor dan labu lemak.
2.  Alat pemanas listrik atau penangas uap.
3.  Oven.
4.  Neraca analitik.
Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1.  Tapioca
2.  Kacang tanah
3.  Heksan (sebagai pereaksi)

B.  Metode Kerja
1.  Labu lemak diambil yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet yang akan digunakan (a)
2.  Dikeringkan di dalam oven dan didinginkan di dalam desikator kemudian ditimbang (a)
3.  Hasil (a)
1.  Ditimbang 5 gr sampel dalam bentuk tepung dan kering serta langsung dimasukkan ke dalam kertas saring yang sesuai ukurannya (b)
2.  Kemudian ditutup dengan kapas yang bebas lemak sebagai alternative sampel dapat dibungkus dengan kertas saring (b)
3.  Timbel atau kertas saring yang berisi sampel diletakkan di dalam alat ekstraksi soxhlet (b)
4.  Kemudian dipasang alat kondensor di atasnya dan labu lemak di bawahnya (b)
5.  Pelarut dietel atau petroleum eter dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan (b)
6.  Refluks dilakukan selama minimum 5 jam sampai pelarut yang kembali ke labu berwarna jernih (b)
7.  Pelarut yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan pelarutnya ditampung (b)
8.  Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan di dalam oven pada suhu 1050C (b)
9.  Seteleh dikeringkan sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator, ditimbang labu beserta lemaknya tersebut dan berat lemak dapat dihitung (b)
10. Hasil (b)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil
Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.  Berat sampel tapioca (3,02 gr) dan kacang tanah (3,02 gr)
2.  Berat labu lemak tapioca (101,92 gr) dan kacang tanah (118,41 gr)
3.  Berat labu lemak + lemak tapioca (101,93 gr) dan kacang tanah (120,12 gr)
4.  Berat lemak tapioca (0,01 gr) dan kacang tanah (1,71 gr)
5.  Kadar lemak tapioca (0,33%) dan kacang tanah (56,62%)

B.  Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilaksanakan untuk menentukan atau meneapkan lemak kasar suatu bahan/produk pertanian dapat dilakukan dengan menggunakan metode Soxhlet. Metode Soxlhet biasanya digunakan untuk ekstrasi lemak dari bahan yang kering.
Prinsip dalam menentukan lemak kasr yaitu lemak diekstrak dengan pelarut non polar, seperti heksan dan dietel eter. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung persentasenya.
Sampel yang digunakan 5 gr yang dimasukkan ke dalam kertas saring setelah itu dimasukkan kapas dan labu dipasang di bawahnya dan pelarut yang digunakan adalah dietel eter atau petrolom eter. Setelah itu diletakkan di atas penangas air sampai mendidih kemudian dihitung sampai 2 jam kemudian dimatikan. Kemudian dilanjutkan selama 2 jam dengan penangas air yang sedang menyala sedangkan 1 jamnya dengan penangas air yang telah dimatikan, dan proses ini disebut refluks.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapat hasil bahwa kacang tanah memiliki kadar lemak yang paling tinggi dari pada kacang-kacangan karena kacang tanah mengandung omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal.
Kacang tanah memiliki kadar lemak yang tinggi yaitu sebesar 56,62% daripada tapioca yang hanya mengandung kadar lemak sebesar 0,33%, hal ini diakibatkan karena tapioca lebih banyak mengandung protein dan pati daripada lemak.

IV.   KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah
1.  Lemak kasar dapat ditentukan dengan metode soxhlet.
2.  Analisis kadar lemak dapat ditentukan dengan cara kering dan basah.
3.  Lemak dan minyak adalah suatu senyawa yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak.
4.  Kacang tanah memiliki kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan tapioca yaitu sebesar 56,62%.

DAFTAR PUSTAKA
Darmasih. 1997. Penetapan Kadar Lemak Kasar dalam Makanan Ternak Non Ruminansia dengan Metode Kering. http://peternakan.litbang.deptan.go.id diakses tanggal 14 Oktober 2009 jam 20.00 Wita.
Ginting dan Herlina. 2002. Lemak dan Minyak. Http://library.usu.ac.id diakses tanggal 14 Oktober 2009 jam 20.00 Wita.



Rabu, 07 September 2016

MAKALAH PROSES PEMBUATAN KAIN SASIRANGAN

Hasil gambar untuk kain sasirangan khas kalimantan selatan
Sumber Gambar : infobanua.co.id
Hasil gambar untuk kain sasirangan khas kalimantan selatan
Sumber Gambar : jualbajupriaonlinebanjarmasin.wordpress.com

BAB I
PENDAHULUAN
1.          Latar Belakang
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan primer dan sangat penting bagi kehidupan manusia sesudah kebutuhan akan pangan terpenuhi. Sejak zaman dahulu manusia telah mengenal dan menggunakan pakaian, meskipun masih sangat sederhana. Pakaian yang digunakan pada zaman dahulu terbuat dari bahan yang sangat sederhana dan mudah didapatkan seperti rerumputan dan dedaunan yang mudah mereka temukan di lingkungan sekitar. Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya menutupi serta melindungi tubuh dan kulit mereka dari segala hal yang dapat mengganggu, tanpa memikirkan apa kah pakaian tersebut nyaman, bagus atau cocok untuk mereka kenakan. Hal tersebut terjadi karena teknologi dan pemikiran manusia yang masih rendah pada waktu itu. Namun, seiring perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih, kini pakaian dapat dibuat dari berbagai macam bahan, tidak terbatas pada tumbuhan namun juga hewan dan bahan sintetis atau buatan.
Bahan-bahan tersebut sebelum digunakan untuk pakaian, terlebih dahulu diolah menjadi benang/serat kemudian dipintal menjadi kain dan dibuat pola serta dijahit sehingga dapat menutupi tubuh/kulit dari gangguan luar misalnya sengatan matahari. Kain-kain yang digunakan untuk membuat pakaian terdiri atas beberapa macam jenis sesuai dengan bahan asal pembuatannya serta pola yang diolah. Salah satu jenis kain berdasarkan pola yang diolah yaitu kain batik. Kain batik merupakan bahan tekstil yang mempunyai pola/corak (gambar) yang khas dan dapat dibuat secara manual atau tradisional. Pola/corak yang dilukiskan pada kain batik biasanya memiliki ciri khas dan nama yang berbeda pada setiap daerah di Indonesia. Misalnya saja di Kalimantan Selatan disebut dengan Kain Sasirangan. Di Kalimantan Selatan kain sasirangan tidak hanya digunakan sebagai pakaian, namun juga digunakan sebagai aksesoris seperti tas, ikat kepala, sabuk, kemben dan lain-lain.
Kain Sasirangan merupakan salah satu ciri khas Kalimantan Selatan yang perlu dilestarikan dan dibudayakan oleh seluruh warga Indonesia, khususnya warga Kalimantan Selatan sendiri. Salah satu cara apresiasi warga dalam melestarikan kebudayaan kain sasirangan yaitu dengan cara mengetahui proses pembuatannya hingga menjadi sebuah kain sasirangan yang dapat ditemukan di pasaran. Hal tersebut melatarbelakangi penulisan makalah ini sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan.


2.         Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
a.         Memenuhi tugas yang telah diberikan oleh guru pengajar
b.        Mengetahui fungsi pakaian dan jenis-jenis kain
c.         Mengetahui sejarah asal-usul kain batik
d.        Mengetahui proses pembuatan kain sasirangan

3.         Rumusan Masalah
a.         Apa yang dimaksud dengan pakaian dan apa saja fungsinya?
b.        Apa saja jenis-jenis kain yang digunakan untuk membuat pakaian
c.         Bagaimana sejarah asal – usul kain sasirangan
d.        Bagaimana proses pembuatan kain sasirangan

BAB II
PEMBAHASAN
1.          Pengertian Pakaian dan Fungsinya
Pakaian adalah bahan tekstil dan serat yang digunakan sebagai penutup tubuh. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Salah satu tujuan utama dari pakaian adalah untuk menjaga pemakainya merasa nyaman. Dalam iklim panas busana menyediakan perlindungan dari terbakar sinar matahari atau berbagai dampak lainnya, sedangkan di iklim dingin sifat insulasi termal umumnya lebih penting.
Pakaian melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat. Pakaian bertindak sebagai perlindungan dari unsur-unsur yang merusak, termasuk hujan, salju dan angin atau kondisi cuaca lainnya, serta dari matahari. Pakaian juga mengurangi tingkat risiko selama kegiatan, seperti bekerja atau olahraga. Pakaian kadang-kadang dipakai sebagai perlindungan dari bahaya lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan kimia berbahaya, senjata, dan kontak dengan zat abrasif. Sebaliknya, pakaian dapat melindungi lingkungan dari pemakai pakaian, seperti memakai masker (Wikipedia, 2013).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pakaian ialah bahan yang terbuat dari tekstil atau serat yang diolah dengan cara dipintal atau ditenun sehingga dapat menutupi dan melindungi tubuh serta kulit dari berbagai gangguan dari luar yang menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakamanan pada tubuh dan kulit seperti sengatan sinar matahari dan debu.


2.         Jenis-Jenis kain
Kain merupakan jenis bahan tekstil yang diolah sedemikian rupa dengan menyilangkan benang lusi dan benang pakan. Serat tekstil dapat dikelompokkan atas dua yaitu serat alam dan serat buatan. Untuk serat buatan dibagi menjadi dua yaitu serat setengah buatan dan serat sintetis. Seiring berkembangnya minat serta selera konsumen terhadap variasi warna tekstil dan kenyamanan kain merupakan hal penting yang harus diperhatikan, yang merupakan era globalisasi sebagai gelombang menuju perubahan modernitas pada saat ini sudah melanda sendi kehidupan termasuk peningkatan kebutuhan kain. Warna-warna indah yang telah dihasilkan akan menimbulkan daya tarik yang tinggi bagi konsumennya yang mempunyai kekuatan tersendiri dan dapat menciptakan suasana tertentu bagi konsumen, dan kenyamanan kainnya juga menjadi utama dalam menghadapi cuaca yang tidak menentu. Serat tekstil dapat dikelompokkan atas dua yaitu serat alam dan serat buatan. Untuk serat buatan dibagi menjadi dua yaitu serat setengah buatan dan serat sintetis (Efnarayi Siagian, 2015).
Adapun jenis-jenis kain yang dapat digunakan untuk membuat pakaian yaitu :
a.         Kain Blacu adalah jenis kain yang terbuat dari bahan dasar kapas. 
b.        Kain PE merupakan kain yang terbuat dari benang polyester.
c.         Kain Katun merupakan salah satu jenis kain hasil rajutan (knitting) yang berbahan dasar serat kapas. 
d.        Kain Chiffon adalah bahan yang sangat lembut, halus, transparan, dan ‘jatuh’ mengikuti bentuk badan.
e.         Kain Denim merupakan kain berbahan sedikit keras dan berat yang sering kita kenal dengan jeans.
f.          Kain Flannel merupakan salah satu jenis kain yang dibuat dari bahan dasar serat wol,
g.         Kain Rayon merupakan jenis kain yang biasanya tampak berkilau dan tidak mudah kusut
h.        Kain Sutra merupakan jenis bahan yang sangat ringan dan memiliki tekstur yang sangat lembut 
i.           Kain Satin merupakan jenis kain yang memiliki permukaan mengkilap serta licin, namun bagian belakangnya suram.
j.           Kain Lycra merupakan jenis kain yang bertekstur lembut dan elastic
k.        Kain Katun jepang merupakan kain katun yang berasal dari negera jepang dan harganya relative lebih mahal.

3.         Sejarah Kain Sasirangan
Kain sasirangan merupakan kain yang bercorak/berpola yang berasal dari Kalimantan Selatan. Kata Sasirangan berasal dari kata “Sa” yang berarti Satu dan “Sirang” yang berarti jelujur. Kata itu diambil dari proses pembuatan kain sasirangan itu sendiri yaitu dengan cara dijelujur, kemudian jelujurnya disimpul dan dicelupkan untuk proses pewarnaan. Dari sumber yang penulis dapatkan, dikatakan bahwa asal-usul kata Sasirangan berasal pada sekitar abad XII sampai XIV dimana pada saat itu di Kerajaan Dipa, Patih Lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di atas rakit yang mengikuti arus sungai. Menjelang Tapanya berakhir, Patih Lambung Mangkurat tiba di Kota Bantung daerah Rantau dan mendengar suara wanita di dalam sebuah buih. Wanita itu tidak akan keluar dari buih yang menutupinya apabila syarat yang diminta tidak terpenuhi. Adapun syarat yang diminta wanita yang tak adalah putri junjung buih yaitu sebuah istana batung yang harus selesai dalam sehari serta pakaian yang dapat selesai satu hari yang ditenun dan dicalap (dicelupkan) dan diwarnai oleh 40 orang putri denga motif wadi/padi waringin. Dari sanalah orang-orang menyebut kain yang ditenun dan dicelupkan kemudian dikasih warna dan corak dengan kain sasirangan.

4.        Proses pembuatan kain sasirangan
Secara umum proses pembuatan kain sasirangan dapat dilihat pada skema di bawah ini


Sumber Gambar : http://asikbelajar.com

Secara terperinci dapat dijelaskan seperti di bawah ini :

Menyiapkan Kain Putih
Langkah pertama dalam membuat kain sasirangan yaitu mempersiapkan bahan kain putih polos sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pada awal kemunculannya bahan baku yang digunakan untuk membuat kain sasirangan yaitu berupa serat kapas (cotton), namun seiring berjalannya waktu saat ini lebih banyak memanfaatkan material lain seperti santung, balacu, kaci, king, satin, polyester, rayon, dan sutera. 
Pembuatan Kain Sasirangan
Sumber Gambar : https://fitinline.com

Pembuatan Pola Desain Pada Media Kain
Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan pola gambar tradisional sesuai dengan motif yang dikehendaki. Pola-pola inilah yang kemudian dijadikan patokan dalam menjahit kain tersebut. Pola-Pola yang dapat digunakan dalam pembuatan kain sasirangan yaitu Iris Pudak, Kambang Raja, Bayam Raja, Kulit Kurikit, Ombak Sinapur Karang. Bintang Bahambur. Sari Gading. Kulit Kayu, Naga Balimbur, Jajumputan, Turun Dayang. Kambang Tampuk Manggis, Daun Jaruju, Kangkung Kaombakan. Sisik Tanggiling, Kambang Tanjung
Pembuatan Kain Sasirangan
 Sumber Gambar : https://fitinline.com

Menjahit Jelujur
Selanjutnya pola-pola tersebut dijahit jelujur menggunakan benang atau bahan perintang lainnya dengan jarak satu sampai dua mili meter atau dua sampai tiga mili meter. Benang-benang yang terdapat pada setiap jahitan-jahitan pola tersebut ditarik sampai membentuk kerutan-kerutan.



Membersihan Kain
Bila kain yang digunakan mengandung kanji maka harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara merendamnya dalam air dingin yang telah dicampur dengan kaporit selama satu malam.


Pewarnaan Kain
a.         Sedikitnya terdapat tiga cara pewarnaan kain sasirangan, diantaranya pencelupan, pencoletan, serta kombinasi keduanya (pencelupan dan pencoletan). \Teknik
b.        pencelupan digunakan untuk memperoleh satu warna saja, yaitu dengan cara mencelupkan kain ke dalam larutan zat pewarna, kecuali pada bagian kain yang dijelujur. bagian yang dijelujur akan tetap berwarna putih.
c.         Pewarnaan dengan cara dicolet biasanya dilakukan apabila motif yang dibuat memerlukan lebih dari satu warna. Pada teknik pencelupan dan pencoletan, untuk memperoleh warna dasar yang bagus kain dicelup terlebih dahulu kemudian dicolet dengan variasi warna sebagaimana telah direncanakan.

Dahulu kala kain sasirangan diberi warna dengan zat pewarna yang dibuat dari bahan-bahan yang bersifat alami, yakni dibuat dari biji, buah, daun, kulit, atau umbi tanaman yang tumbuh liar di hutan atau sengaja ditanam di sekitar tempat tinggal para pembuat kain sasirangan itu sendiri. Ada 6 warna utama kain sasirangan yang dibuat dari zat pewarna alami dimaksud, yakni :
1.     Kuning, bahan pembuatnya adalah kunyit atau temulawak.
2.    Merah, bahan pembuatnya adalah gambir, buah mengkudu, lombok merah, atau kesumba (sonokeling, pen)
3.     Hijau, bahan pembuatnya adalah daun pudak atau jahe
4.    Hitam, bahan pembuatnya adalah kabuau atau uar
5.    Ungu, bahan pembuatnya adalah biji buah gandaria (bahasa Banjar Ramania, pen)
6.    Coklat, bahan pembuatnya adalah uar atau kulit buah rambutan

Tetapi Zat warna yang sering  digunakan saat ini adalah zat warna naphtol dengan garamnya. Bahan lainnya sebagai pembantu adalah soda api (NaOH), TRO/Sepritus, air panas yang mendidih.



Sumber Gambar : https://putrinada.wordpress.com

Melepas Jahitan Jelujur
Selanjutnya benang-benang jahitan atau ikatan pada kain yang digunakan untuk menjelujur tersebut kemudian dilepaskan seluruhnya, apabila kain dirasa sudah agak kering. Sehingga akan terlihat motif-motif bekas jahitan yang tampak diantara kain tersebut.
Pembuatan Kain Sasirangan
Sumber Gambar : https://fitinline.com

Pencucian
Setelah seluruh perintang dilepaskan, barulah kemudian dicuci sampai bersih ditandai dengan air bekas cuciannya yang jernih atau tidak berwarna lagi.

Pembuatan Kain Sasirangan

Sumber Gambar : https://putrinada.wordpress.com dan https://fitinline.com

Pengeringan
Tahap selanjutnya, kain dijemur di tempat yang teduh dan tidak terkena paparan sinar matahari langsung.
 Pembuatan Kain Sasirangan
Sumber Gambar : https://fitinline.com

Finishing / Disetrika
Sebagai penyempurnaan akhir dari proses pembuatan kain sasirangan, kain tersebut kemudian di setrika agar menjadi halus, licin dan rapi.
Pembuatan Kain Sasirangan

 Sumber Gambar : https://fitinline.com

BAB III
PENUTUP
1.          Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis jabarkan pada makalah ini yaitu :
a.         Pakaian merupakan kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan oleh manusia setelah kebutuhan sandang dan pangan.
b.        Pakaian berfungsi untuk melindungi tubuh serta kulit dari gangguan dari luar seperti sengatan matahari, kuman, debu, dan berbagai benda berbahaya.
c.         Pakaian dapat dibuat dari berbagai jenis bahan seperti kulit hewan, tumbuhan serta bahan sintesis/buatan.
d.        Beberapa jenis kain yang biasa digunakan untuk membuat pakaian yaitu kain wol, kain katun, kain jeans, kain sutra dan lain-lain.
e.         Salah satu kain bercorak yang berasal dari Kalimantan Selatan disebut dengan Kain sasirangan.
f.          Kain sasirangan berasal dari kata “sa” dan “sirang” yang berarti satu jelujur, nama ini diambil dari proses pembuatannya yang dijelujur dan disimpulkan menjadi satu.
g.         Proses pembuatan kain sasirangan meliputi penyiapan kain putih, membuat pola, menjahit jelujur, membersihkan kain, pewarnaan kain, melepas jahitan jelujur, pengeringan dan penyetrikaan.

2.         Saran
Hendaknya sebagai warga Indonesia khususnya warga Kalimantan Selatan kita selalu melestarikan kebudayaan daerah khususnya kain sasirangan yang menjadi salah satu corak/ciri khas warga kalsel. Serta hendaknya kita selalu menghargai para pengrajin dengan cara membeli kain sasirangan asli buatan tangan (manual) bukan yang berasal dari teknologi mesin.
  
DAFTAR PUSTAKA
Efnarayi Siagian. 2015. http://pengetahuantekstilbusana.blogspot.co.id. Diakses tanggal 07 September 2016 pukul 21.00 Wita

Anonim1. 2014. 9 Proses Pembuatan Kain Sasirangan. https://fitinline.com. Diakses tanggal 07 September 2016 pukul 21.00 Wita

Wikipedia. Pakaian. 2013. https://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 07 September 2016 pukul 21.00 Wita

Putri Nada W. 2013. Cara/Proses pembuatan Kain Sasirangan. https://putrinada.wordpress.com
http://batiksasirangan.com/. Diakses tanggal 07 September 2016 pukul 21.00 Wita

Anonim2. 2014. Kain Sasirangan: Sejarah, Arti dan Motif. http://www.asikbelajar.com. Diakses tanggal 09 September 2016 pukul 21.00 Wita