Rabu, 22 Mei 2019

Pengalaman Ramadhan "Roknya Mana?"



Rasa malas kadang menyerang hati yang lengah. Ibadah jadi tak tenang, pikiran pun bercabang. Saat ini aku masih berjuang melawan rasa malasku di atas sejadah kuning pemberian emak beberapa tahun lalu. Masih dengan pikiran mengembara, mulutku terus mengucap asma Allah selepas sholat magrib.
Waktu terus bergulir. Rasanya malas kian merayap. Hati pun meragu untuk beribadah. Waktu hampir memasuki sholat Isya, tetapi aku masih tak bergeming dari sejadah. Padahal biasanya aku telah melipat sejadahku dan berlari ke mesjid untuk sholat isya dan terawih berjamaah, namun entah mengapa malam ini malas mengegelayutiku lebih hebat.
"Kamu capek, mending tidur," bisik hatiku kian meraja lela.

"Matamu juga sudah mengantuk. Lebih baik tidur dan beristirahat," bisik yang lainnya lagi.

"Masih ada malam besok, kok. Kamu masih bisa terawih, malam ini santai dulu."

Aku menimbang-nimbang. Memang benar yang dikatakan hatiku. Saat ini aku sedang lelah, mengantuk dan capek. Ada baiknya aku istirahat malam ini, putusku yakin. Baru saja melepas rok mukena, azan isya berkumandang dan bibiku bergegas pergi ke musholla. Aku terpaku, tidur kan bisa setiap hari, sedangkan terawih cuma satu bulan dalam setahun dan itu pun aku tidak pernah full satu bulan terawih. Dengan keinginan yang tipis, aku memanggil bibiku.

"Bi, aku ikut terawih di musholla," ujarku memanggil bibiku yang siap memakai sendalnya.

"Ayo cepat. Sudah isya," teriaknya dari luar.

Aku pun segera melepas mukena dan menggulungnya di dalam  sejadah.
*****
Tiba di musholla, orang-orang telah siap untuk sholat isya. Jamaah berdiri di barisan shaf masing-masing. Aku masuk dan berdiri di samping ibu dari sahabatku dan menggelar sajadah di sampingnya. Mukena pun kupasang pas menutup bagian atas tubuhku, namun saat hendak mengenakan mukena bagian bawah, aku merasa kewalahan mencarinya. Tidak ada di dalam gulungan sajadahku.

"Kenapa?" tanya ibu sahabatku.

"Rok mukenanya ketinggalan," balasku panik.

"Waduh, sholat isya bentar lagi," tambahnya."Kalau pakai jubah kamu gimana?" Beliau menatap jubahku yang tak menutup mata kaki.

Aku menggeleng, "Kakinya kelihatan," balasku.

"Ya udah cepat ambil segera."

Aku pun kemudian berlari ke rumah tanpa melepas mukena bagian atas yang telah terpasang. Alhasil, sesampainya kembali di musholla aku terpaksa masbuk, mengikuti imam. Semenjak kejadian itu aku tidak pernah lagi sholat tanpa persiapan. Dalam arti sebelum pergi ke musholla atau pun ke mesjid harus dicek terlebih dahulu apa yang mesti dibawa agar nantinya tidak ada yang ketinggalan.


#Day(20)
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar