PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet memiliki
peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang
hidup dengan mengandalkan komoditas
penghasil getah ini. Karet tak hanya diusahakan oleh perkebunan besar milik negara
yang memiliki areal ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh perkebunan
swasta dan perkebunan rakyat. Total luas perkebunan karet di Indonesia hingga
saat ini berkisar 3 juta hektar lebih,
terluas di dunia (Swadaya, 2008).
Tanaman karet tersebar
hampir di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya adalah di wilayah Kalimantan
Selatan. Tanaman Karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan negara, tetapi juga
oleh perkebunan rakyat dan swasta. Kondisi dan luas lahan Kalimantan selatan
yang memadai dan cocok untuk pertumbuhan tanaman karet menjadikan karet sebagai
salah satu primadona usaha bagi warga di kalimantan selatan selain kelapa
sawit.
Pengembangan komoditas
karet di Kalimantan Selatan relatif cukup pesat, pada tahun 2012 telah mencapai
areal tanam seluas 135.862 ha. Terbagi dalam tiga pola pengusahaan yaitu Perkebunan
Rakyat seluas 42.967 ha, Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta
(PBS) seluas 92.895 ha (BKPM, 2013).
Dari data di atas dapat
diketahui bahwa perkembangan karet yang begitu pesat juga mengakibatkan buah
dan lateks yang dihasilkan/diproduksi semakin meningkat. Semakin banyak buah
yang dihasilkan, maka semakin banyak pula hasil sampingan yang dihasilkan yaitu
berupa tempurung buah yang saat ini terbuang dan tidak termanfaatkan.
Berdasarkan pengamatan, dalam satu hektar kebun karet terdapat ± 230 kg
tempurung buah karet yang tidak termanfaatkan dalam sekali berbuah. Salah satu
cara meningkatkan nilai tambah pada tempurung buah karet yaitu dengan
mengolahnya menjadi arang aktif. Arang aktif dapat diolah dari bahan baku yang
mengandung karbon seperti tulang, batu bara, sekam dan lain-lain.
Karbon aktif adalah karbon yang diproses sedemikian
rupa sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian akan mempunyai daya jerap
yang tinggi. Karbon aktif merupakan karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam
(internal surface), sehingga mempunyai jerap yang baik. Keaktifan daya
menjerap dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah senyawa karbonnya yang berkisar
antara 85% sampai 95% karbon bebas. Karbon aktif yang berwarna hitam, tidak
berbau, tidak terasa dan mempunyai daya jerap yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan karbon aktif yang belum menjalani proses aktivasi, serta
mempunyai permukaan yang luas, yaitu memiliki luas permukaan antara 300 sampai
2000 mg/g (Mifbakhuddin, 2010).
Saat ini arang aktif telah banyak digunakan untuk
produk-produk industri seperti industri kimia, makanan/minuman, farmasi,
industri pemurnian gula dan gas, industri pengolahan pupuk dan pulp serta
industri minyak dan lemak. Selain itu arang aktif juga dimanfaatkan sebagai
bahan penjerap dan penjernih air untuk mengabsorbsi bau, warna, gas dan logam
yang tak diinginkan. Dalam jumlah kecil, arang aktif juga bisa dimanfaatkan
sebagai katalisator (LIPI, 1999).
Perumusan Masalah
Tanaman karet merupakan komoditas perkebunan yang
sangat penting di Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan dalam bidang
perekonomian. Hasil utama tanaman karet berupa lateks yang kemudian
diperdagangkan baik dalam bentuk lateks segar, slab/koagulasi ataupun sit
asap/sit angin yang merupakan bahan baku industri hilir. Hasil sampingan
tanaman karet berupa kayu karet yang digunakan untuk bahan industri kayu serta
biji karet yang sekarang banyak dimanfaatkan untuk minyak nabati ataupun bahan
bakar biodiesel.
Hampir semua bagian dari tanaman karet dapat
dimanfaatkan dan memiliki nilai lebih, namun ternyata sampai saat ini potensi
tanaman karet masih belum dimanfaatkan secara optimal seperti tempurung buah
karet yang saat ini nyaris terbuang dan tak termanfaatkan. Salah satu cara
meningkatkan nilai tambah pada tempurung buah karet yaitu dengan mengolahnya
menjadi arang aktif yang mempunyai nilai jual.
Arang aktif yang mempunyai nilai jual adalah arang
aktif yang memiliki kualitas dan daya jerap yang baik. Menurut Geuerro dan
Reyes (1970), dalam Hendra (2007), salah satu cara untuk menaikkan
aktivitas daya jerap arang aktif adalah dengan menggunakan bahan kimia seperti
CaCl2, MgCl2, ZnCl2, KCl, NaCl dan H3PO4
serta garam mineral lainya. Dalam penelitian Pari dan Hendra (2006), untuk
membuat arang aktif dengan kualitas terbaik dihasilkan dari arang aktif yang
direndam dengan H3PO4 10% dengan waktu aktivasi 60 menit.
Mengacu pada beberapa hasil penelitian yang telah ada
maka pada penelitian ini akan dikaji aktivasi arang aktif dengan menggunakan
aktivator kimia ZnCl2, KOH dan H3PO4 dengan
variasi konsentrasi 5%, 10% dan 15% yang direndam selama 24 jam, sehingga akan
diketahui kualitas daya jerap arang aktif yang diperoleh untuk pemanfaatan
lebih lanjut. Pemanfaatan arang aktif dalam produk industri telah
banyak diterapkan pada proses pemurnian pulp, industri obat, katalisator,
pemurnian gas, penyaringan minyak makan dan lain-lain.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis
dan konsentrasi bahan kimia aktivator yang terbaik dalam proses aktivasi
sehingga dapat meningkatkan mutu arang aktif tempurung buah karet yang
dihasilkan.
Hipotesis Penelitian
1. Jenis
dan konsentrasi aktivator kimia yang digunakan dapat mempengaruhi mutu arang
aktif yang dihasilkan.
2. Jenis
dan konsentrasi aktivator kimia tertentu dapat menghasilkan mutu arang aktif
terbaik.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah tempurung karet menjadi arang aktif
sehingga dapat dimanfaatkan untuk proses pemurnian produk industri lebih
lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar