Minggu, 10 Januari 2016

SKRIPSI "Proses Aktivasi Arang Aktif Tempurung Buah Karet dengan Variasi dan Jenis Konsentrasi Aktivator Kimia"

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan  mengandalkan komoditas penghasil getah ini. Karet tak hanya diusahakan oleh perkebunan besar milik negara yang memiliki areal ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh perkebunan swasta dan perkebunan rakyat. Total luas perkebunan karet di Indonesia hingga saat ini berkisar  3 juta hektar lebih, terluas di dunia (Swadaya, 2008).
Tanaman karet tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya adalah di wilayah Kalimantan Selatan. Tanaman Karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan negara, tetapi juga oleh perkebunan rakyat dan swasta. Kondisi dan luas lahan Kalimantan selatan yang memadai dan cocok untuk pertumbuhan tanaman karet menjadikan karet sebagai salah satu primadona usaha bagi warga di kalimantan selatan selain kelapa sawit. 
Pengembangan komoditas karet di Kalimantan Selatan relatif cukup pesat, pada tahun 2012 telah mencapai areal tanam seluas 135.862 ha. Terbagi dalam tiga pola pengusahaan yaitu Perkebunan Rakyat seluas 42.967 ha, Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas 92.895 ha (BKPM, 2013).
Dari data di atas dapat diketahui bahwa perkembangan karet yang begitu pesat juga mengakibatkan buah dan lateks yang dihasilkan/diproduksi semakin meningkat. Semakin banyak buah yang dihasilkan, maka semakin banyak pula hasil sampingan yang dihasilkan yaitu berupa tempurung buah yang saat ini terbuang dan tidak termanfaatkan. Berdasarkan pengamatan, dalam satu hektar kebun karet terdapat ± 230 kg tempurung buah karet yang tidak termanfaatkan dalam sekali berbuah. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah pada tempurung buah karet yaitu dengan mengolahnya menjadi arang aktif. Arang aktif dapat diolah dari bahan baku yang mengandung karbon seperti tulang, batu bara, sekam dan lain-lain.
Karbon aktif adalah karbon yang diproses sedemikian rupa sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian akan mempunyai daya jerap yang tinggi. Karbon aktif merupakan karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam (internal surface), sehingga mempunyai jerap yang baik. Keaktifan daya menjerap dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah senyawa karbonnya yang berkisar antara 85% sampai 95% karbon bebas. Karbon aktif yang berwarna hitam, tidak berbau, tidak terasa dan mempunyai daya jerap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif yang belum menjalani proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas, yaitu memiliki luas permukaan antara 300 sampai 2000 mg/g (Mifbakhuddin, 2010). 
Saat ini arang aktif telah banyak digunakan untuk produk-produk industri seperti industri kimia, makanan/minuman, farmasi, industri pemurnian gula dan gas, industri pengolahan pupuk dan pulp serta industri minyak dan lemak. Selain itu arang aktif juga dimanfaatkan sebagai bahan penjerap dan penjernih air untuk mengabsorbsi bau, warna, gas dan logam yang tak diinginkan. Dalam jumlah kecil, arang aktif juga bisa dimanfaatkan sebagai katalisator (LIPI, 1999).
 Perumusan Masalah
Tanaman karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting di Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan dalam bidang perekonomian. Hasil utama tanaman karet berupa lateks yang kemudian diperdagangkan baik dalam bentuk lateks segar, slab/koagulasi ataupun sit asap/sit angin yang merupakan bahan baku industri hilir. Hasil sampingan tanaman karet berupa kayu karet yang digunakan untuk bahan industri kayu serta biji karet yang sekarang banyak dimanfaatkan untuk minyak nabati ataupun bahan bakar biodiesel.
Hampir semua bagian dari tanaman karet dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai lebih, namun ternyata sampai saat ini potensi tanaman karet masih belum dimanfaatkan secara optimal seperti tempurung buah karet yang saat ini nyaris terbuang dan tak termanfaatkan. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah pada tempurung buah karet yaitu dengan mengolahnya menjadi arang aktif yang mempunyai nilai jual.
Arang aktif yang mempunyai nilai jual adalah arang aktif yang memiliki kualitas dan daya jerap yang baik. Menurut Geuerro dan Reyes (1970), dalam Hendra (2007), salah satu cara untuk menaikkan aktivitas daya jerap arang aktif adalah dengan menggunakan bahan kimia seperti CaCl2, MgCl2, ZnCl2, KCl, NaCl dan H3PO4 serta garam mineral lainya. Dalam penelitian Pari dan Hendra (2006), untuk membuat arang aktif dengan kualitas terbaik dihasilkan dari arang aktif yang direndam dengan H3PO4 10% dengan waktu aktivasi 60 menit.
Mengacu pada beberapa hasil penelitian yang telah ada maka pada penelitian ini akan dikaji aktivasi arang aktif dengan menggunakan aktivator kimia ZnCl2, KOH dan H3PO4 dengan variasi konsentrasi 5%, 10% dan 15% yang direndam selama 24 jam, sehingga akan diketahui kualitas daya jerap arang aktif yang diperoleh untuk pemanfaatan lebih lanjut. Pemanfaatan arang aktif dalam produk industri telah banyak diterapkan pada proses pemurnian pulp, industri obat, katalisator, pemurnian gas, penyaringan minyak makan dan lain-lain.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis dan konsentrasi bahan kimia aktivator yang terbaik dalam proses aktivasi sehingga dapat meningkatkan mutu arang aktif tempurung buah karet yang dihasilkan.
Hipotesis Penelitian
1.      Jenis dan konsentrasi aktivator kimia yang digunakan dapat mempengaruhi mutu arang aktif yang dihasilkan.
2.      Jenis dan konsentrasi aktivator kimia tertentu dapat menghasilkan mutu arang aktif terbaik.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah tempurung karet menjadi arang aktif sehingga dapat dimanfaatkan untuk proses pemurnian produk industri lebih lanjut.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar