Minggu, 06 Oktober 2013

Pemilihan Alsintan yang cocok untuk lahan penanaman padi di Kalimantan Selatan



MAKALAH
TEORI KEPUTUSAN


Oleh: ROSIDAH (E1F108025)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU 2012



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Pengawasan Mutu yang berjudul “Pemilihan Alsintan yang cocok untuk lahan penanaman padi di Kalimantan Selatan ”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Teori Keputusan  dan  semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat dari semua pihak agar dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca.


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
 Beras merupakan komoditas pertani-an yang utama, kerena penduduk Indonesia sebagian besar mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok. Semakin meningkat-nya jumlah penduduk, maka permintaan ter-hadap komoditas tersebut akan meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah me-laksanakan program perluasan areal perta-nian. Perluasan areal pertanian di kembang-kan pada daerah daerah di luar pulau Jawa, yang umumnya mempunyai potensi lahan yang luas, seperti Kalimantan, Sumatera mau-pun Sulawesi. Salah satu lahan produktif un-tuk pertanaman padi adalah lahan lebak Si-nyalemen ini dibuktikan dari berbagai hasil penelitian di lahan tersebut.
 Menurut Widjaja-Adhi et.al. (1992), berdasarkan lama dan ketinggian genangan air, lahan lebak dibagi menjadi tiga katagori, yaitu lebak dangkal, lebak tengahan, dan lebak dalam. Luas lahan lebak diperkirakan menca-pai 13,28 juta ha, yang terdiri dari 4,167 juta ha lebak dangkal, 6,075 juta ha lebak tenga-han dan 3,038 juta ha lebak dalam. (Aliham-syah et al., 2004).
Pertanaman padi pada lahan rawa le-bak dangkal untuk musim kemarau di hadapkan pada masalah kekeringan. Hal ini disebab-kan karena pengairan di lahan rawa lebak tergantung pada curah hujan. Pada musim kemarau kondisi lahan rawa lebak umumnya menunjukkan kadar air tanah yang sangat rendah, dimana kondisi tanah dalam keadaan keras dan retak retak. Dalam kondisi demikian sangat dibutuhkan varietas padi yang bisa beradaptasi terhadap kekeringan.
Rawa lebak adalah wilayah daratan yang mempunyai genangan hampir sepanjang tahun, minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm. Rawa lebak yang dimanfaatkan atau dibudidayakan untuk pengembangan pertanian, termasuk perikanan dan peternakan disebut lahan rawa lebak. Rawa lebak yang sepanjang tahun tergenang atau dibiarkan alamiah disebut rawa monoton, sedangkan jika kedudukannya menjorok masuk jauh dari muara laut/sungai besar disebut rawa pedalaman. Atau dapat juga diartikan dengan sawah rendahan yang tergenang secara periodik sekurang-kurangnya tiga sampai enam bulan secara kumulatif dalam setahun, dan dapat kering atau lembab tiga bulan secara komulatif dalam setahun.
B.      Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah menentukan alsintan yang cocok untuk kondisi lahan penanaman padi di Kalimantan Selatan.

BAB II
ISI PEMBAHSAN MATERI
 
 Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras (Wikipedia, 2010).
Lahan rawa lebak mempunyai ciri yang sangat khas, pada musim hujan terjadi genangan air yang melimpah dalam variasi kurun waktu yang cukup lama. Genangan air dapat kurang dari satu bulan sampai enam bulan atau 100 cm. Air yang menggenang³ 50 cm – £lebih, dengan ketinggian genangan  tersebut bukan merupakan limpasan air pasang, tetapi berasal dari limpasan air permukaan yang terakumulasi di wilayah tersebut karena topografinya yang lebih rendah dan drainasinya jelek. Kondisi genangan air sangat dipengaruhi oleh curah hujan, baik di daerah tersebut maupun wilayah sekitarnya serta daerah hulu
Sistem pertanian yang dipraktekkan oleh petani Banjar di lahan rawa (lahan pasang surut, lebak, dan gambut) Kalimantan bagian selatan terutama di kawasan Delta Pulau Petak oleh para ahli, misalnya Collier, 1980: Ruddle, 1987; van Wijk, 1951; dan Watson, 1984, disebut sebagai Sistem Orang Banjar (Banjarese System) (Leevang, 2003). Salah satu penemuan petani Banjar adalah ilmu pengetahuan teknologi dan kearifan tradisional dalam pembukaan (reklamasi), pengelolaan, dan pengembangan pertanian lahan rawa. Lahan rawa lebak telah dimanfaatkan selama berabad-abad oleh penduduk lokal dan pendatang secara cukup berkelanjutan. Menurut Conway (1985), pemanfaatan secara tradisional itu dicirikan oleh (Haris, 2001).
Lahan yang sangat cocok untuk melakukan penanaman padi di daerah kalimantan Selatan adalah dilahan rebak, karena di daerah lahan rebak air setiap tahun selalu tergenang sehingga para petani tidak perlu repot-repot untuk menyiram maupun menyalurkan air ke sawahnya. Lahan lebak mempunyai kekurangan dan kelebihannya sehingga tidak semua alsintan mudah untuk digunakan pada penanaman padi.
Dengan segala pertimbangan tentang lahan lebak maka alsintan yang cocok untuk penanaman padi di lahan rebak adalah alsintan yang digunakan mudah penggunaannya, cepat pengerjaannya dan murah. Tajak dan cangkul memang murah tetapi perlu menggunakan energy dan tenaga yang banyak selain itu lambat dalam mengolah tanah. Penggunaan traktor memang lebih mahal dibandingkan dengan cangkul dan tajak, tetapi sistem pengoprasiannya lebih cepat. Penggunaan traktor memiliki kekurangan yaitu tidak mudah digunakan pada lahan rebak karena ban traktor bisa terperosok dan tertimbun di dalam tanah.
Salah satu alternative yang digunakan selain traktor, tajak dan cangkul adalah trasplanter yaitu suatu alat pembantu dalam menanam padi. Transplanter lebih mudah digunakan dan cepat meskipun sedikit mahal dibandingkan dengan cangkul dan tajak. Untuk mendapatkan alternative yang baik maka dilakukanlah pemilihan keputusan dengan menggunakan model AHP.
  

  

Dari hasil perhitungan menggunakan model AHP deng expert choice didapatkan bahwa alsintan yang cocok untuk daerah rawa rebak adalah transplanter karena merupakan metode yang baru yang penggunaannya lebih cepat dan mudah tidak banyak menguras energy dibandingkan dengan cangkul, tajak meskipun harganya sedikit mahal. 


BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan yaitu bahwa lahan yang cocok untuk ditanami  padi di daerah Kalimantan Selatan adalah lahan rebak. Lahan rebak merupakan lahan daratan yang hampir digenangi air setiap tahunnya. Dari kondisi tersebut alsintan yang cocok dipergunakan yaitu yang cepat, mudah dan murah. Karena dengan kondisi yang seperti itu sangat sulit bekerja lebih cepat dengan menggunaan alat-alat tradisional.
Pada perhitungan dengan menggunakan model AHP melihat kondisi tersebut maka alternative yang cocok adalah tajak, cangkul, traktor dan transplanter.  Dari keempat alternative tersebut ternyata transplanter yang cocok untuk lahan lebak karena penggunaannya yang lebih cepat dan lebih mudah.
 


DAFTAR PUSTAKA

Alihamsyah,T., Bambang Prayudi, Suhaimi Sulaiman, Isdijanto Ar-Riza, Izuddin Noor dan Muhrizal Sarwani. 2004. 40 Tahun Balittra. Perkembangan dan program penelitian ke depan. Balittra. Badan Litbang. Departemen Pertanian.

Ciamis kini. 2012. Acara SL Alsintan, UPJA Budi Rahayu Sosialisasi Mesin Transplanter. http:// www. Ciamiskini.com. diakses tanggal 18 Juni 2012.

Haris, Abdul. Ir. M.Si. 2001. Manajemen Lahan Orang Banjar. Banjarbaru: Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.

IRRI. 1996. Standard evaluation system for rice. The Int.Ric.Tes.Prog and the Int. Ric.Res.Inst, Los Banos, Philippines.

Mohammad, saleh dkk. 2010. Pengujian Genotipe Padi di Lahan Rawa Lebak Dangkal Kalimantan Selatan pada Musim Kemarau. Prosiding Pekan Serealia Nasional.

Noor, Muhammad. 2007. Rawa Lebak: Ekologi, Pemanfaatan, dan Pengembangannya. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Levang, Patrice. 2003. Ayo ke Tanah Sabrang: Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Widjaja-Adhi, I.P.G., K. Nugroho, D. Ardi, dan A.S. Karama. 1992. Sumberdaya lahan rawa: Potensi, kebutuhan, dan peman-faatan. Dalam: Risalah Pertemuan Nasio-nal Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak. Cisarua, 3-4 Maret 1992. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Wikipedia. 2010. Padi. http://www.wikipedia.org. diakses tanggal 18 Juni 2012.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar