Sumber-Sumber Pencemar Udara
Pencemaran yang terjadi di udara bisa
bersumber dari kegiatan manusia bisa juga bersumber dari alam/alamiah seperti
bencana alam berupa letusan gunung berapi.
Nugroho (2005) membagi sumber pencemar udara dengan istilah faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu pencemaran udara yang
terjadi secara alamiah. Sedangkan faktor eksternal yaitu pencemaran udara yang
terjadi akibat dari kegiatan manusia.
Secara umum sumber pencemar udara dibagi
menjadi dua kategori yaitu sumber alamiah dan sumber buatan manusia.
1. Sumber
alamiah
Pencemaran udara yang berasal dari sumber alamiah biasanya terjadi
akibat aktivitas alam yang tidak dapat diprediksikan/diduga sebelumnya seperti
:
- Letusan gunung berapi
- Gas beracun akibat gempa bumi
- Batuan yang berada di tanah dan mengeluarkan zat radioaktif yaitu radon
- Aerosol di lautan
- Tanaman (pollen, serbuk sari)
- Peluruhan H2S, CO2, dan ammonia
- Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
- Petir atau loncatan listrik yang dapat memecahkan molekul (misalnya pemecahan molekul N2 menjadi NO)
- Kebakaran hutan (namun kejadian ini dapat dipicu oleh aktivitas manusia)
2. Sumber
buatan manusia.
Kegiatan manusia dapat mengubah lingkungan hidup yang antara lain
disebabkan oleh perkembangan budaya, penggunaan ilmu dan teknologi, serta diiringi
oleh pola konsumsi yang berlebihan. Beberapa aktivitas manusia yang dapat
menimbulkan pencemaran udara, antara lain:
a.
Industri (gas buang pabrik
yang menghasilkan gas berbahaya, seperti Chloro Fluoro Carbon)
b.
Pembangkit listrik
c.
Asap rokok
d.
Ledakan baik kecelakaan
ataupun buatan
e.
Permukiman (pembakaran dari
perapian dan kompor)
f.
Pertanian (pemakaian
pestisida)
g.
Pembakaran, Misalnya
pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan
bermotor yang menghasilkan asap, debu, pasir dan gas.
h.
Proses peleburan, seperti
peleburan baja, pembuatan keramik, soda, semen dan aspal yang menghasilkan debu,
asap dan gas.
i.
Pertambangan dan
penggalian, seperti tambang mineral dan logam. Bahan yang dihasilkan terutama
adalah debu.
j.
Proses pengolahan, seperti
pada proses pengolahan makanan, daging, ikan, penyamakan dan pengasapan yang
menghasilkan asap, debu dan bau.
k.
Pembuangan limbah, baik
limbah industri maupun limbah rumah tangga.
l.
Proses percobaan atom nuklir yang
menghasilkan gas dan debu radioaktif dll.
Selain sumber pencemar alamiah dan
buatan manusia, sumber pencemaran udara dapat pula dibagi atas:
1. Sumber
bergerak, seperti: kendaraan bermotor
2. Sumber
tidak bergerak, seperti: Sumber titik, contoh: cerobong asap, Sumber area,
contoh: pembakaran terbuka di wilayah pemukiman (Soemirat, 2002).
Pola
Penyebaran Udara
Pergerakan.penyebaran
udara pada umumnya disebabkan oleh pemanasan terhadap udara dalam bentuk persebaran panas.
Pemanasan atau persebaran panas dibagi atas pemanasan langsung dan tidak
langsung. Pemanasan langsung merupakan absorpsi atau penyerapan panas oleh
udara sedangkan pemanasan tidak langsung terjadi pada lapisan udara paling
bawah, panas yang
berasal dari bumi (setelah diterima bumi dari matahari) lalu disebarkan secara vertikal dan horizontal. Berdasarkan pemanasan atau persebaran panas tersebut, maka pola gerakan udara dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu konduksi, konveksi, adveksi, dan turbulensi.
berasal dari bumi (setelah diterima bumi dari matahari) lalu disebarkan secara vertikal dan horizontal. Berdasarkan pemanasan atau persebaran panas tersebut, maka pola gerakan udara dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu konduksi, konveksi, adveksi, dan turbulensi.
1. Konduksi,
yaitu pemanasan secara kontak atau bersinggungan. Pemanasan ini terjadi karena
molekul-molekul yang dekat dengan permukaan bumi akan menjadi panas karena
bersinggungan dengan bumi yang menerima panas langsung dari matahari.
Molekul-molekul udara yang sudah panas bersinggungan dengan molekul-molekul
udara yang belum panas; lalu saling memberikan panas sehingga menjadi sama-
sama panas.
2. Koveksi,
yaitu pemanasan atau penyebaran panas yang terjadi akibat adanya gerakan udara
secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum panas menjadi panas karena
pengaruh udara di bawahnya yang sudah panas.
3. Adveksi,
yaitu pemanasan atau persebaran panas yang terjadi sebagai akibat gerakan udara
panas secara horizontal atau mendatar dan menyebabkan udara di sekitarnya juga
menjadi panas.
4. Turbulensi,
yaitu persebaran udara panas secara tak teratur, berputar-putar. Hal ini akan
menyebabkan udara yang sudah panas bercampur dengan udara yang belum panas,
sehingga udara yang belum panas akan ikut menjadi panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan
pencemar udara
Menurut Mukono (2003), faktor- faktor
yang dapat mempengaruhi pencemaran udara di atmosfer adalah:
1. Kelembaban
Kelembaban udara relatif yang rendah (< 60%) di daerah tercemar SO2, akan mengurangi efek korosif dari bahan kmia tersebut. Pada kelembaban relatif lebih atau sama dengan 80% di daerah tercemar SO2, akan terjadi peningkatan efek korosif SO2 tersebut.
Kelembaban udara relatif yang rendah (< 60%) di daerah tercemar SO2, akan mengurangi efek korosif dari bahan kmia tersebut. Pada kelembaban relatif lebih atau sama dengan 80% di daerah tercemar SO2, akan terjadi peningkatan efek korosif SO2 tersebut.
2. Suhu
Suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat menyebabkan peningkatan kelembaban udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat, akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.
Suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat menyebabkan peningkatan kelembaban udara relatif, sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat, akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.
3. Sinar
matahari
Sinar
matahari dapat mempengaruhi bahan oksidan terutama O3 di atmosfer. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan kerusakan bahan atau alat bangunan, atau bahan yang
terbuat dari karet. Jadi dapat dikatakan bahwa sinar matahari dapat
meningkatkan rangsangan untuk merusak bahan.
4. Pergerakan
udara
Pergerakan
udara yang cepat dapat meningkatkan abrasi bahan bangunan.
Sedangkan
menurut Dwi Puspita, faktor-faktor yang mempengaruhi bahan pencemar udara
meliputi faktor meteorologi dan iklim serta topografi.
1. Meteorologi dan Iklim
a.
Temperatur
Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke
suatu kawasan industri dapat menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain,
udara dingin akan terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan
cenderung menahan polutan tetap berada dilapisan permukaan bumi sehingga
konsentrasi polutan dikawan tersebut semakin lama semakin tinggi. Dalam keadaan
tersebut, dipermukaan bumi dapat dikatakan tidak terdapat pertukaran udara sama
sekali. Karena kondisi itu dapat berlangsung sampai beberapa hari atau beberapa
minggu, udara yang berada dekat permukaan bumi akan penuh dengan polutan dan
dapat menimbulkan keadaan sangat kritis bagi kesehatan.
b. Arah dan Kecepatan Angin
Kecepatan angin yang kuat akan membawa
polutan terbang kemana-mana dan dapat mencemari udara negara lain. Sebaliknya,
apabila kecepatan angin lemah, polutan akan menumpuk ditempat dan dapat
mencemari udara tempat pemukiman yang terdapat disekitar lokasi pencemaran
tersebut.
c. Hujan
Air hujan sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang terdapat dalam udara. Contoh, pembakaran batubara yang menghasilkan gas sulfurdioksia dan apabila gas tersebut tercampur dengan air hujan akan menimbulkan hujan yang bersifat asam, atau sering disebut hujan asam.
Air hujan sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang terdapat dalam udara. Contoh, pembakaran batubara yang menghasilkan gas sulfurdioksia dan apabila gas tersebut tercampur dengan air hujan akan menimbulkan hujan yang bersifat asam, atau sering disebut hujan asam.
2. Topografi
Variabel-variabel yang termasuk di dalam faktor topografi, antara lain :
Variabel-variabel yang termasuk di dalam faktor topografi, antara lain :
a. Dataran Rendah
Di daerah dataran rendah, angin cenderung
membawa polutan terbang jauh ke seluruh penjuru dan dapat melewati batas negara
dan mencemari udara negara lain.
b. Dataran Tinggi
Di daerah dataran tinggi sering terjadi
temperatur inversi dan udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan
tetap berada di lapisan permukaan bumi.
c. Lembah
Di daerah lembah, aliran angin sangat sedikit dan tidak bertiup ke segala penjuru. Keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat dipermukaan bumi.
Di daerah lembah, aliran angin sangat sedikit dan tidak bertiup ke segala penjuru. Keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat dipermukaan bumi.
Sumber Acuan
Basoarief10ribu.blogspot.com. Diakses tanggal 10 Juni 2013 pukul
18.00 wita.
Dwipuspita.wordpress.com. Diakses
tanggal 15 Juni 2013 pukul 09.00 wita.
Inspeksisanitasi.blogspot.com. Diakses
tanggal 15 Juni 2013 pukul 09.00 wita.
One-geo.blogspot.com. Diakses tanggal 10 Juni 2013 pukul 18.00
wita.
Pengen-tau.weebly.com. Diakses tanggal 10 Juni 2013 pukul 18.00
wita.
www.psyhologymania.com. Diakses
tanggal 10 Juni 2013 pukul 18.00 wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar