Jumat, 19 Oktober 2018

CERITA RAKYAT PROVINSI SULAWESI BARAT SAWERI GADING

Al kisah, ada seorang Raja keturunan Raja Langit bernama La Tiuleng. Ia diberi gelar Batara Lattu. Ia dikaruniai dua anak kembar, yaitu seorang anak laki –laki yang diberi nama Lawe atau La Madukelleng namun lebih dikenal dengan SEBUTAN Sawerigading. Sedang saudara perempuannya bernama We Tenriyabeng.
Sawerigading dan We Tenriyabeng tidak dibesarkan bersama – sama. Mereka Hidup terpisah sehingga satu sama lain tidak saling mengenal. Tahun berganti Tahun, Sawerigading dan We Tenriyabeng tumbuh dewasa. Suatu Hari, ketika Sawerigading sedang berjalan. Tiba-tiba ia melihat gadis yang sangat cantik berlalu di hadapannya. Pada pandangan pertama, Sawerigading jatuh hati.
“Siapakah namamu gadis cantik?” tanyanya.
“Namaku We Tenriyabeng,” jawab We Tenriyabeng dengan tersipu.
Perkenalan mereka pun berlanjut. Sawerigading mengutarakan keinginannya untuk menikahi We Tenriyabeng. Ketika keduanya sepakat untuk meminta restu kedua orang tuanya, betapa terkejutnya mereka mengetahui bahwa mereka adalah saudara kembar yang terpisah. Hancurlah perasaan keduanya. Sawerigading dengan hatinya yang kecewa pergi meninggalkan Luwu dan bersumpah tidak ingin kembali. Sedangkan, We Tenriyabeng pergi entah kemana.
Sawerigading yang ketika itu pergi mengembara akhirnya tibad di sebuah negeri. Negeri itu bernama Tiongkok. Di sana dikabarkan ia mengalahkan beberapa kesatria Kerajaan Tiongkok bahwa pemerintahan Jawa Wallo, yaitu Setia Bonga. Kisah cinta Sawerigading ternyata belum berakhir, ia bertemu seoprang putri cantik asal Tiongkok bernama Cudai.
Setelah sekian lama, ternyata Sawerigading menjadi seorang kapten yang perkasa. Dalam perjalanannya, ia berlayar ke daerah Ternate di Maluku, Bima atau Sumbawa, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, Sunda dan Malaka.
Setelah menikah, Sawerigading dikarunia seorang anak laki – laki, ia bernama I La Galigo dengan getarnya Datunna Keliling. Dikisahkan bahwa I La Galigo ketika dewasa menjadi seorang kapten kapal seperti ayahandanya. Namun, ia tidak pernah menjadi seorang raja. I La Galigo dikabarkan memiliki empat orang istri dan pelbagai negeri. Ia pun karunia anak yang salah satunya bernama La Tenritatta. La Tenritatta adalah keturunan terakhir yang dinobatkan di kerajaan Luwu. Hikmah dari ini adalah kita diharuskan mengenal sandarac sendiri, menjalin silaturahmi dengan baik. Sebab jika tidak mengenal kerabat sendiri bisa-bisa kita berbuat salah kepada saudara kita sendiri.

Sumber : tidak sempat menulis nama pengarang, bukunya sudah diambil -_-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar