MAKALAH
TEORI KEPUTUSAN
Oleh: ROSIDAH (E1F108025)
PROGRAM STUDI S-1
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
BANJARBARU
2012

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Pengawasan Mutu yang berjudul “Pemilihan
Alsintan yang cocok untuk lahan penanaman padi di Kalimantan Selatan ”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Teori
Keputusan dan semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini belum sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat dari semua pihak agar
dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beras merupakan komoditas pertani-an yang
utama, kerena penduduk Indonesia sebagian besar mengkonsumsi beras sebagai
bahan makanan pokok. Semakin meningkat-nya jumlah penduduk, maka permintaan
ter-hadap komoditas tersebut akan meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintah me-laksanakan program perluasan areal perta-nian. Perluasan areal
pertanian di kembang-kan pada daerah daerah di luar pulau Jawa, yang umumnya
mempunyai potensi lahan yang luas, seperti Kalimantan, Sumatera mau-pun
Sulawesi. Salah satu lahan produktif un-tuk pertanaman padi adalah lahan lebak
Si-nyalemen ini dibuktikan dari berbagai hasil penelitian di lahan tersebut.
Menurut Widjaja-Adhi et.al. (1992),
berdasarkan lama dan ketinggian genangan air, lahan lebak dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu lebak dangkal, lebak tengahan, dan lebak dalam. Luas lahan lebak
diperkirakan menca-pai 13,28 juta ha, yang terdiri dari 4,167 juta ha lebak
dangkal, 6,075 juta ha lebak tenga-han dan 3,038 juta ha lebak dalam.
(Aliham-syah et al., 2004).
Pertanaman
padi pada lahan rawa le-bak dangkal untuk musim kemarau di hadapkan pada
masalah kekeringan. Hal ini disebab-kan karena pengairan di lahan rawa lebak
tergantung pada curah hujan. Pada musim kemarau kondisi lahan rawa lebak
umumnya menunjukkan kadar air tanah yang sangat rendah, dimana kondisi tanah
dalam keadaan keras dan retak retak. Dalam kondisi demikian sangat dibutuhkan
varietas padi yang bisa beradaptasi terhadap kekeringan.
Rawa lebak adalah wilayah daratan yang
mempunyai genangan hampir sepanjang tahun, minimal selama tiga bulan dengan
tinggi genangan minimal 50 cm. Rawa lebak yang dimanfaatkan atau dibudidayakan
untuk pengembangan pertanian, termasuk perikanan dan peternakan disebut lahan
rawa lebak. Rawa lebak yang sepanjang tahun tergenang atau dibiarkan alamiah
disebut rawa monoton, sedangkan jika kedudukannya menjorok masuk jauh dari
muara laut/sungai besar disebut rawa pedalaman. Atau dapat juga diartikan
dengan sawah rendahan yang tergenang secara periodik sekurang-kurangnya tiga
sampai enam bulan secara kumulatif dalam setahun, dan dapat kering atau lembab tiga
bulan secara komulatif dalam setahun.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah menentukan
alsintan yang cocok untuk kondisi lahan penanaman padi di Kalimantan Selatan.
BAB II
ISI PEMBAHSAN MATERI
Padi
(bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya
terpenting dalam peradaban. Meskipun
terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu
pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk
ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar
1500 SM. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber
karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi
dinamakan beras (Wikipedia,
2010).
Lahan
rawa lebak mempunyai ciri yang sangat khas, pada musim hujan terjadi genangan
air yang melimpah dalam variasi kurun waktu yang cukup lama. Genangan air dapat
kurang dari satu bulan sampai enam bulan atau 100 cm. Air yang menggenang³ 50 cm – £lebih,
dengan ketinggian genangan tersebut
bukan merupakan limpasan air pasang, tetapi berasal dari limpasan air permukaan
yang terakumulasi di wilayah tersebut karena topografinya yang lebih rendah dan
drainasinya jelek. Kondisi genangan air sangat dipengaruhi oleh curah hujan,
baik di daerah tersebut maupun wilayah sekitarnya serta daerah hulu
Sistem
pertanian yang dipraktekkan oleh petani Banjar di lahan rawa (lahan pasang
surut, lebak, dan gambut) Kalimantan bagian selatan terutama di kawasan Delta
Pulau Petak oleh para ahli, misalnya Collier, 1980: Ruddle, 1987; van Wijk,
1951; dan Watson, 1984, disebut sebagai Sistem Orang Banjar (Banjarese System)
(Leevang, 2003). Salah satu penemuan petani Banjar adalah ilmu pengetahuan
teknologi dan kearifan tradisional dalam pembukaan (reklamasi), pengelolaan,
dan pengembangan pertanian lahan rawa. Lahan rawa lebak telah dimanfaatkan
selama berabad-abad oleh penduduk lokal dan pendatang secara cukup
berkelanjutan. Menurut Conway (1985), pemanfaatan secara tradisional itu
dicirikan oleh (Haris, 2001).
Lahan yang
sangat cocok untuk melakukan penanaman padi di daerah kalimantan Selatan adalah
dilahan rebak, karena di daerah lahan rebak air setiap tahun selalu tergenang
sehingga para petani tidak perlu repot-repot untuk menyiram maupun menyalurkan
air ke sawahnya. Lahan lebak mempunyai kekurangan dan kelebihannya sehingga
tidak semua alsintan mudah untuk digunakan pada penanaman padi.
Dengan
segala pertimbangan tentang lahan lebak maka alsintan yang cocok untuk
penanaman padi di lahan rebak adalah alsintan yang digunakan mudah
penggunaannya, cepat pengerjaannya dan murah. Tajak dan cangkul memang murah
tetapi perlu menggunakan energy dan tenaga yang banyak selain itu lambat dalam
mengolah tanah. Penggunaan traktor memang lebih mahal dibandingkan dengan
cangkul dan tajak, tetapi sistem pengoprasiannya lebih cepat. Penggunaan
traktor memiliki kekurangan yaitu tidak mudah digunakan pada lahan rebak karena
ban traktor bisa terperosok dan tertimbun di dalam tanah.
Salah satu
alternative yang digunakan selain traktor, tajak dan cangkul adalah trasplanter
yaitu suatu alat pembantu dalam menanam padi. Transplanter lebih mudah
digunakan dan cepat meskipun sedikit mahal dibandingkan dengan cangkul dan
tajak. Untuk mendapatkan alternative yang baik maka dilakukanlah pemilihan
keputusan dengan menggunakan model AHP.
Dari hasil
perhitungan menggunakan model AHP deng expert choice didapatkan bahwa alsintan
yang cocok untuk daerah rawa rebak adalah transplanter karena merupakan metode
yang baru yang penggunaannya lebih cepat dan mudah tidak banyak menguras energy
dibandingkan dengan cangkul, tajak meskipun harganya sedikit mahal.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang didapat dari hasil pembahasan yaitu bahwa lahan yang cocok untuk
ditanami padi di daerah Kalimantan
Selatan adalah lahan rebak. Lahan rebak merupakan lahan daratan yang hampir
digenangi air setiap tahunnya. Dari kondisi tersebut alsintan yang cocok
dipergunakan yaitu yang cepat, mudah dan murah. Karena dengan kondisi yang
seperti itu sangat sulit bekerja lebih cepat dengan menggunaan alat-alat
tradisional.
Pada
perhitungan dengan menggunakan model AHP melihat kondisi tersebut maka
alternative yang cocok adalah tajak, cangkul, traktor dan transplanter. Dari keempat alternative tersebut ternyata transplanter
yang cocok untuk lahan lebak karena penggunaannya yang lebih cepat dan lebih
mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Alihamsyah,T.,
Bambang Prayudi, Suhaimi Sulaiman, Isdijanto Ar-Riza, Izuddin Noor dan Muhrizal
Sarwani. 2004. 40 Tahun Balittra. Perkembangan dan program penelitian ke
depan. Balittra. Badan Litbang. Departemen Pertanian.
Ciamis kini. 2012. Acara SL Alsintan, UPJA Budi Rahayu Sosialisasi Mesin Transplanter. http:// www. Ciamiskini.com. diakses
tanggal 18 Juni 2012.
Haris,
Abdul. Ir. M.Si. 2001. Manajemen Lahan Orang Banjar. Banjarbaru: Fakultas
Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.
IRRI. 1996.
Standard evaluation system for rice. The Int.Ric.Tes.Prog and the Int.
Ric.Res.Inst, Los Banos, Philippines.
Mohammad, saleh dkk. 2010. Pengujian
Genotipe Padi di Lahan Rawa Lebak Dangkal Kalimantan Selatan pada Musim
Kemarau. Prosiding
Pekan Serealia Nasional.
Noor, Muhammad. 2007.
Rawa Lebak: Ekologi, Pemanfaatan, dan Pengembangannya. Jakarta: Raja
GrafindoPersada.
Levang,
Patrice. 2003. Ayo ke Tanah Sabrang: Transmigrasi di Indonesia. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Widjaja-Adhi,
I.P.G., K. Nugroho, D. Ardi, dan A.S. Karama. 1992. Sumberdaya lahan rawa:
Potensi, kebutuhan, dan peman-faatan. Dalam: Risalah Pertemuan Nasio-nal
Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak. Cisarua, 3-4
Maret 1992. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Wikipedia.
2010. Padi. http://www.wikipedia.org. diakses
tanggal 18 Juni 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar